Friday, 31 December 2010

Friday, December 31, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca BP Perempuan GMIT Periode 2010 -2014 Dikukuhkan.
KUPANG (NTT) - Badan Pengurus (BP) Perempuan GMIT periode 2010 - 2014, dikukuhkan. Upacara pengukuhan diawali dengan kebaktian di Gereja Gloria, Kelurahan Kayu Putih, Minggu (12/12/2010).

Pengukuhan ditandai dengan pengucapan janji kesediaan melayani oleh BP Perempuan GMIT di hadapan Majelis Sinode GMIT. Sementara, kebaktian dipimpin Pdt. Welmintje Kameli Maleng, M.Th.

Welmintje mengharapkan, BP Perempuan GMIT dapat mengambil metafora keluarga Allah dalam pelayanannya. "Metafora yang berangkat dari suatu pergumulan ini untuk mengingatkan para pengurus bahwa sebagai anggota keluarga Allah, semua orang memiliki kedudukan yang setara," ujar Welmintje.

Welmintje mengatakan, BP Perempuan GMIT menjadi wadah pastoral untuk keluarga yang bisa saling berbagi sehingga dapat merespon dengan cepat kondisi riil yang terjadi di masyarakat.
"Semoga kepengurusan ini dapat menjadi wadah pastoral atau penggembalaan bagi mereka yang memiliki berbagai permasalahan. Karena masih banyak saudara-saudara kita, khususnya perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya karena masalah KDRT maupun pelecehan," ujar Welmintje.

Ketua Umum BP Perempuan GMIT, Intje Sayuna, SH, M.Hum, mengatakan, pengurus perempuan GMIT berkomitmen untuk dua hal penting, yakni bersama-sama menguatkan dalam persekutuan dan membangun jejaring untuk saling mendorong.

Selain itu, menjadi komunitas yang peduli pada persoalan sosial kemasyarakatan seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum dan HAM. Termasuk di dalamnya persoalan lingkungan hidup.
Sayune menjelaskan, pada pertemuan raya di Kefamenanu tanggal 3 - 7 November 2010 lalu, menghasilkan pokok-pokok program yang merujuk pada panca pelayanan GMIT, yaitu liturgia, marturia, koinonia, oekononia dan diakonia.

"Dalam waktu dekat ini, kami akan melaksanakan rapat kerja untuk menerjemahkan pokok program tersebut ke dalam program-program yang sesuai dengan kebutuhan jemaat. Pada prinsipnya, jemaat sebagai basis pelayanan kami," ujar Sayuna.

Mengenai program prioritas, Sayuna mengatakan, pengurus akan membangun pusat layanan terpadu korban trafficking di kabupaten TTS dan hotline service di sepuluh wilayah di NTT.

"Saat ini kami sudah memiliki hotline service di Kabupaten Alor, sedangkan di kabupaten lainnya akan segera menyusul. Hotline service ini merupakan sahabat doa bagi semua orang, khususnya perempuan dan anak-anak. Jika ada persoalan keluarga, seperti KDRT bisa dibagikan melalu layanan ini. Sehingga anggota keluarga ini tidak sampai mengambil keputusan untuk bercerai," jelas Sayuna.

Selain itu, lanjut Sayuna, badan pengurus perempuan GMIT akan memprioritaskan program pembangunan ekonomi jemaat melalui koperasi dan rumah seni perempuan GMIT yang akan segera dibangun di kabupaten TTS.

"Rumah seni perempuan GMIT ini dimaksudkan sebagai wadah bagi para penghasil kerajinan untuk menampung dan memamerkan hasil karya mereka untuk selanjutnya dipasarkan ke masyarakat luas. Intinya, kami ingin membantu perempuan GMIT untuk memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya agar mereka juga memiliki penghasilan sendiri," ujar mantan anggota DPRD Propinsi NTT ini.

Sumber: Pos Kupang