Sunday, 12 December 2010

Sunday, December 12, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gereja Tua di Tengah Kepungan Naga.
JAKARTA - Gereja dengan gaya arsitektural Belanda itu biasa dan umum, namun bila melihat Gereja Santa Maria De Fatima yang terletak di jalan Toa Se Bio, daerah Glodok, Jakarta Barat, mungkin anda akan terheran-heran.

Di antara kepungan masyarakat etnis Tiong Hoa yang sarat dengan ciri khas seperti dupa, kelenteng, dan vihara, gereja Santa Maria de Fatima merupakan gereja Katolik dengan keunikkannya sendiri.

Pada umumnya, gereja Katolik di banyak tempat telah memiliki kiblat tersendiri dengan patokannya mengarah pada arsitektur bangunan Belanda atau Vatikan namun gereja yang dikenal juga dengan sebutan Gereja Ricci ini malah memiliki arsitektur yang "nyeleneh".

Gereja yang merupakan bangunan bersejarah dan juga bangunan cagar budaya itu sebetulnya merupakan sebuah rumah tinggal yang dimiliki oleh orang keturunan Tiong Hoa, masyarakat sekitar mengenalnya dengan sebutan Tuan "Kapiten", pada sekitar tahun 1700.

Warna merah hampir mendominasi warna bangunan tersebut serta terdapat pula dua buah patung singa, lambang penjaga dunia roh menurut kepercayaan orang Tiong Hoa, yang diletakkan di depan pintu bangunan. Pada bangunan yang aslinya memiliki bentuk empat persegi panjang itu, di atap bangunan paling depan tertulis nama asli sang pemilik dalam tulisan bergaya kaligrafi Mandarin kuno.

Sang "Kapiten" lah yang boleh dibilang sebagai penguasa daerah Glodok pada jaman penjajahan Belanda dulu. Namun, semenjak keturunan sang tuan tanah itu meninggal, akhirnya keluarga itu menjualnya dan diserahterimakan pada tahun 1955 menjadi bangunan gereja kepada kelompok Misionaris Serikat Jesus, dari Belanda.

Kepengurusan itu pun dimulai sejak tahun 1955-1970, lalu sesuai peraturan Keuskupan Agung Indonesia, dari tahun 1970 hingga sekarang, gereja itu menjadi dibawah kepengurusan kelompok Misionaris Xaverian.

"Semuanya masih sama. Ga ada perubahan signifikan karena ini merupakan bangunan bersejarah, paling hanya penambahan luas ruang kebaktian," ungkap Andre, salah seorang koster atau pembantu pastor.

Sumber: Media Indonesia