JAYAPURA (PAPUA) - Pastor Paroki Keerom dan Penerima Yap Thiam Hien Award 2009, Pastor Johanes Jonga yang biasa disapa Pastor Jhon membenarkan satu kompi TNI yang diduga dari Kostrad 330 mengepung dan mengobrak abrik rumah penduduk di Kampung Workwana Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Jumat (26/11) dini hari.
" Mereka ini cari Lamberth, "ujar Pastor Jhon Jonga kepada SP yang menghubunginya melalui telepon selulernya Jumat (26/11) sore. Dia mengaku baru pulang dari rumah-rumah warga yang dimasuki aparat TNI tersebut.
Dari keterangan yang didapatnnya terungkap bahwa aparat TNI memasuki rumah Pak Randongkir. Radongkir disuruh menunjuk rumah kepala kampung Gaspar Tafor. "Saat itu menurut Pak Randongkir pukul 23.00 WIT mereka mengetuk-ngetuk pintu, lalu dibuka Pak Randongkir, "ujar pastor asal Manggarai Flores NTT itu.
Dia melanjutkan, anggota TNI lalu membawa Randongkir untuk menunjuk rumah kepala kampung. Sesampai di sana tak ada kepala kampung, hanya istrinya yang tinggal di rumah tersebut. Menurut istrinya, kepala kampung sedang berada di balai desa. Anggota TNI dan Pak Randongkir lalu menuju balai desa dan menemukan kepala desa.
“Anggota TNI itu kemudian memerintahkan kepala desa untuk menunjuk rumah Lambert Pekikir. Tetapi ketika Lambert tidak ditemukan di rumahnya, anggota TNI itu menanyakan kepada kepala desa di mana Lamberth, tapi dijawab Lamberth sudah lama tinggal di hutan," cerita Pastor Jhon menirukan cerita Kepala Desa itu.
Merekapun bergerak ke rumah mertua Lambert, Lukas Menigir. Anggota TNI lalu mengepung rumah Lukas menigir. Setelah mengetuk tiga kali, Lukas membuka pintu. "Aparat bertanya di mana Lamberth. Lukas menjawab, Lamberth sudah lama tidak tinggal di sini, ia sudah lama di hutan. Tak percaya dengan informasi Lukas, anggota TNI memasuki rumah dan memeriksa seisi rumah,” cerita Pastor Jhon.
Di dalam rumah, mereka hanya menemukan istri Lamberth yang sedang tidur. "Mereka bertanya kepada istri Lambert di mana suaminya, tapi istrinya sendiri tidak tahu. Karena Lamberth sudah lama tidak tinggal di situ. Istrinya sempat bertanya siapa yang suruh mereka cari suaminya, dan mereka katakan pimpinan. Mereka juga membongkar lemari dan mencari-cari sesuatu yang berhubungan dengan Lamberth, “cerita Pastor Jhon lebih lanjut.
Menurut Pastor Jhon, kedatangan anggota TNI ini mengagetkan dan menakutkan warga kampung. "Mereka berada di kampung tersebut dari pukul 23.00 WIT hingga Jumat (26/11) pukul 4.00 WIT, " imbuhnya.
Johanes Jonga menyesalkan peristiwa itu. Pasalnya, sikap aparat TNI di lapangan tidak sesuai dengan kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). " Saat SBY datang ke Papua dia katakan tak ada pendekatan militer, bawahannya malah lakukan lain. Pemimpin bicara lain, anak buah bikin gerakan lain. Harusnya sebagai panglima tertinggi SBY harus menegur dan menghukum anak buahnya di lapangan yang tidak mendengar apa yang dikatakan SBY, "ujarnya.
Menurut Pastor Jhon Jonga, Lamberth tidak punya rumah di kampung tersebut. "Dia sudah lama tinggal di hutan, "ucapnya.
Sementara itu Kapendam XVII Cenderawasih, Letkol Hary P saat dikonfirmasi SP Jumat siang, mengaku sedang mengecek masalah ini. “Kami cek dulu ya, kalau ada nanti saya kasih tau, "ujar Kapendam.
Tetapi ketika dikonfirmasi lagi pada pukul 18.33 WIT, melalui pesan singkat kepada SP Hary P mengatakan, "Belum Pak. Saya coba terus hubungi Danrem."
Sumber: SuaraPembaharuan