JAKARTA - Sebagai umat Allah yang hidup di Jakarta, gereja, utamanya PGIW (Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Wilayah) DKI Jakarta, harus berinteraksi secara intens degan umat lain.
Kita harus mengambil inisiatif untuk mem-bangun keberagamaan yang inklusif dan yang terbuka, kata Ketua Umum PGI Pdt. Dr. AA. Yewangoe dalam acara peneguhan kepengurusan PGI Wilayah DKI Jakarta masa bakti tahun 2010-2015, beberapa waktu lalu.
Tugas itu, kata pemimpin ibadah peneguhan itu, memang tidak gampang, terutama dalam kondisi mutakhir ini di mana ekspresi penolakan terhadap gereja dan kekristenan cukup menguat.
Hampir seluruh pengurus PGIW DKI Jakarta hadir dalam acara pelantikan yang digelar di GKP (Gereja Kristen Pasundan) Jatinegara Timur itu. Mereka yang diteguhkan antara lain Pdt. Su-priatno, M.Th sebagai Ketua Umum, Pdt. Manuel E. Raintung, S.Si. MM sebagai Sekretaris Umum.
Di posisi ketua ada Pdt. Mori Sihombing, M.Th., Pdt. Drs. Daud P. Sumbung, S.Th., Ev. Ferry F. Simanjuntak, MA., dan Lely A. Panjaitan Tobing, BBA. Yang duduk di jajaran majelis pertimbangan adalah Ny. SAL Tobing SE, MA, Snk. Salovo Sebua, Ir. Maria Hennie Lengkong, Drs. Hulman Sitorus, M. Min., MM., dan Pdt. Marihot Siahaan, S.Th.
Senada dengan Yewangoe, Ketua Umum PPH PGIW DKI Pdt. Supriatno M.Th., menegaskan perlunya kesaksian gereja yang inklusif. Kita dipanggil untuk selalu setia pada panggilan gereja dalam masyarakat yang majemuk, katanya.
Ia juga bertekad untuk terus mengedapankan ciri keesakan gereja dengan menghidupkan dan member-dayakan jejaring yang sudah ada. Gereja itu baru menjadi gereja yang sejati kalau dia menjadi gereja yang mau bersatu, tegasnya.
Ditegaskan pula bahwa agama lain merupakan bagian dari anak bangsa yang sama. Keragaman itu bisa merekatkan atau mere-takkan, karena itu perlu dibangun suatu intensitas komunikasi agar timbul pemahaman yang kuat, kata alumnus UKDW Yogyakarta dalam bidang Islamologi ini.
Sumber: Reformata