AMBON (MALUKU) - Pengurus Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil (SMTPI) Kumatu - Jemaat GPM Rehobot Klasis Pulau Ambon merayakan natal tahun ini dengan prosesi menggunakan dialek Ambon.
"Konsep ini salah satu upaya kami untuk menanamkan kecintaan anak kepada budaya daerah sendiri," kata Ketua SMPTI Kumatu, Nita Siahaya di sela acara perayaan tersebut, Minggu (19/12).
Ia mengatakan, pengaruh pergaulan, tayangan televisi maupun media audio-visual lain cukup kuat menggeser budaya Maluku, termasuk dialek Ambon," katanya.
Siahaya mengakui ada sedikit kejanggalan untuk menempatkan dialek Ambon ke dalam sebuah acara resmi seperti perayaan Natal, namun hal itu dikatakannya sebagai masalah kebiasaan saja.
"Mungkin karena kita kurang terbiasa, apalagi dialek Ambon pada umumnya terkesan kasar dan hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari," katanya.
Liturgi ibadah perayaan Natal tersebut, kata dia, menggunakan lima lagu Kidung Jemaat (KJ) tetapi liriknya diubah ke dalam dialek Ambon, yang pembuatannya menghabiskan waktu tidak kurang dari satu minggu.
Selain dialek Ambon, enam guru SMTPI Kumatu juga tampil menggunakan kebaya modern untuk memperkuat konsep perayaan yang dimaksud.
"Kami ingin tampil beda kali ini dengan mengangkat konsep keambonan," katanya singkat.
Dia menambahkan, unsur cinta Indonesia juga ditampilkan melalui prosesi penyalaan lilin Natal oleh tujuh orang anak, yang mengucapkan ayat-ayat Alkitab dalam bahasa suku-suku tertentu sesuai busana daerah yang dikenakan.
Tujuh daerah tersebut adalah Batak (Sumatera Utara), Dayak (Kalimantan Timur), Jawa, Bali, Makassar (Sulawesi Selatan), Ambon (Maluku) dan Papua Barat.
Michelle Pentury (9), salah seorang anak yang diberi tugas menyalakan lilin Natal yang mengenakan baju adat Sulawesi Selatan (Makassar) mengaku senang bisa berpartisipasi sebagai pendukung acara.
"Walaupun saya orang Ambon, tapi senang sekali saya baru pernah memakai baju adat sebagus ini. Ayat Alkitab dalam dialek Makassar pun mudah dihafal," katanya.
Mengenai liturgi (tata ibadah) dalam dialek Ambon, kata Michelle, sangat mengasyikkan.
"Agak lucu tapi menarik, terutama untuk lagu-lagu Kidung Jemaat yang sudah diubah," kata siswa kelas III SD Xaverius 1A Ambon itu.
Pantauan ANTARA, perayaan Natal itu dihadiri sedikitnya 100 anak SMTPI Kumatu. Mereka terdiri dari empat jenjang didik, TK (balita) anak kecil (7-9), anak tanggung (10-12) dan remaja (13-15).
Tema Natal yang diusung adalah "Imanuel-Allah Sertai Katorang" (Imanuel-Allah Menyertai Kita).
Sumber: Antara