Thursday, 16 December 2010

Thursday, December 16, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Sambut Natal, Umat Kristen Palembang Siapkan Pohon dan Gua Natal.
PALEMBANG (SUMSEL) - Pelaksanaan Natal, 25 Desember tinggal 12 hari lagi. Selain pusat perbelanjaan, tempat peribadatan juga mulai melakukan persiapan guna pelaksanaan Misa Natal di malam Natal dan saat Natal. Apa saja yang dipersiapkan?

Beda seperti hari Minggu pada umumnya, kemarin, Gereja St Yoseph Jl Jend Sudirman, terlihat dibersihkan umat Kristiani. Terutama, bangunan yang baru selesai 90 persen pengerjaannya di samping kanan Gereja sementara, tempat beribadat umat Katholik sekarang ini.

Saat Sumatera Ekspres berkunjung sekitar pukul 11.30 WIB, kemarin (12/12), beberapa pria dan wanita menggunakan masker. Di antaranya, ada yang membawa sapu, kemudian kereta dorong, menyiapkan selang untuk menyiram lantai dan beberapa peralatan kebersihan lainnya.

Salah seorang yang ikut melakukan pembersihan adalah Pastur Paroki Gereja St Yoseph, Yohanes Kristianto Pr. "Apa kabar mas, ada apa?" tanya Romo Kris sapaan akrab Yohanes Kristianto Pr kepada wartawan koran ini sambil memegang selang yang akan diluruskan untuk menyiram lantai bangunan gereja yang baru.

Ia mengungkapkan, tahun ini tema Natal yang diambil,”Terang Yang Sesungguhnya Sudah Datang ke Dalam Dunia". Untuk tema Natal yang digunakan, berbeda setiap tahunnya melihat dari situasi dan keadaan bangsa Indonesia. "Tema ini secara nasional, kalau di luar negeri beda lagi," tukasnya.

Dijelaskan pria berkumis ini, titik tolak tema yang digunakan karena banyak situasi gelap yang melanda bangsa ini. Maksud tema itu, suatu keprihatinan atas apa yang terjadi dalam tahun 2010, seperti adanya bencana alam, faktor kemiskinan, terjadinya kekerasan, KKN yang tak kunjung selesai dan sebagainya.

"Situasi gelap tersebut seperti tanpa pengharapan lagi. Oleh sebab itu, harus dihayati sehingga tidak menimbulkan putus asa dan harus pesimis," katanya. Dengan pelaksanaan Natal, ia berharap umat Krsitiani akan memperbaharui hidup dengan tidak mengikuti nafsu belaka dan upaya perbuatan yang menyebabkan dosa.

"Tapi, harus mengikuti apa yang dihendaki-Nya dan yang diajarkan-Nya, sehingga dapat memberi terang dalam keluarga, lingkungan, masyarakat dan lainnya. Diharapkan tahun berikutnya, akan lebih baik dengan doa dan pengharapan," beber Romo Kris. Nah, persiapan yang terpenting menjelang Natal adalah dalam hal peribadatan dan persiapan rohani.

Ia mengungkapkan, puncak peribadatan akan dilakukan pada Misa Natal, yakni saat malam Natal dan saat Natal pagi harinya. Daya tampung di gereja tersebut, mencapai 2500 umat dengan melakukan penambahan tenda. "Gedung baru bisa menampung 1200 umat, bangunan lama bisa menampung 1000 umat dan ditambah tenda sekitar 300 umat," jelasnya.

Untuk pelaksanaan Natal Oikumene, tambah dia, dilaksanakan di Hotel Aryaduta pada 27 Desember, mulai pukul 17.00 WIB. Kemudian Natal untuk orang tua pada 28 Desember pukul 09.00 WIB dan 2 Januari dilakukan Natal anak-anak. "Perayaan Natal anak, merupakan pesta Natal anak mulai dari siswa TK, playgroup dan SD," bebernya.

Nah, untuk pelengkap kegiatan Natal, pihaknya akan membuat pohon Natal dengan gua Natal. Gua Natal itu sendiri, sebagai simbol kelahiran Yesus. "Minggu depan baru akan dikerjakan. Bentuk fisiknya kita belum, tergantung dari kreativitas Mudika (Muda-mudi Katholik) Gereja St Yoseph," katanya.

Gua Natal itu sendiri, sebagai gambaran tempat kelahiran Yesus yang sangat sederhana dna tidak layak. Namun, ditengah ketidaklayakan tempat, disitulah kebesara Tuhan hadir. "Jadi, Tuhan tak hadir dalam kesombongan dan keangkuhan, namun dalam kerendahan hati," jelas Romo Kris.

Ia mengakui, sebagai pimpinan jemaat di Gereja St Yoseph, ia terikat dengan pelayanan. Sehingga dalam pelaksanaan hari besar umat Kristiani, ia tak bisa mudik ke daerah asalnya di Bengkulu. Namun, "Profesi" yang ia lakoni tersebut memiliki masa cuti selama 2 minggu tiap tahun. "Kalau hari besar seperti Natal dan tahun baru tidak bisa mudik, namun ada masa cuti yang dipergunakan untuk bertemu keluarga," bebernya.

Pendeta Welman P Tampubolon, Pimpinan Jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Palembang menambahkan, dalam tema Natal tahun ini menurutnya, mengajarkan tentang kasih-mengasihi antar sesama umat manusia tanpa terkecuali. Menurutnya, kehadiran Kristiani adalah memberikan pencerahan bagi umat dan dapat membantu sesama.

"Kalau Tuhan memberikan kasih pada kita, maka kita harus membalasnya dengan rasa kasih pada umat manusia tanpa kecuali dan itu sudah menjadi kewajiban bagi kita," ujar Welman yang dihubungi berada di Jakarta.

Di HKBP sendiri, mayoritas umatnya adalah suku Batak. Namun, pihaknya tak memberikan batasan bila umat Kristiani lain melakukan peribadatan di tempat tersebut. "Kecuali umat agama lain selain Kristen yang melakukan peribadatan," jelasnya.

Di tempat itu, puncak Natal dilakukan pada malam Natal dan saat Natal (25 Desember) pagi harinya. Kemudian hari berikutnya (26/12), dilakukan perayaan untuk umum yang dilakukan di gedung serbaguna plus ibadah. Khusus tempat peribadatan, kapasitasnya 1.000 orang.

Kata dia, dekorasi yang akan disajikan di Gereja tersebut secara sederhana, tidak akan dilakukan secara mewah. Hal itu, sebagai upaya atas keprihatian yang terjadi terhadap keadaan bangsa. "Jadi, Gereja harus menunjukkan dengan tidak melakukan acara yang bermewah-mewah meski itu pelaksanaan Natal.”

Hanya saja, dalam pelaksanaannya nanti, pihaknya tetap menggunakan pohon Natal yang saat ini masih dalam tahap pengerjaan. 

Masih katanya, penyebab terjadi berbagai bencana di Indonesia disebabkan karena 2 faktor. Yakni, humam error atas pengrusakan alam dan adanya fenomena alam yang tak bisa dihindarkan.

"Dari segi iman, apa yang terjadi merupakan peringatan yang diberikan pada umat manusia bahwa bumi sudah hancur, sehingga harus bertobat dan semakin bertakwa pada Tuhan. Bukan hanya umat Kristiani, namun semua umat manusia," bebernya seraya mengatakan perbedaan antar agama bukan sebagai suatu pertikaian, namun untuk menjaga perdamaian.

Sumber: Sumeks