TIMIKA (PAPUA) - Luasnya wilayah pelayanan merupakan satu tantangan yang dihadapi Keuskupan Timika. Umat Katolik keuskupan ini tersebar di 13 kabupaten di kawasan Papua Tengah. Yakni Mimika, Puncak Jaya, Mamberamo Raya, Waropen, Puncak, Intan Jaya, Paniai, Deiyai, Dogiyai, Nabire, Kepulauan Yapen, Biak, dan Supiori.
Wilayah kegembalaan ini terbagi dalam 5 dekanat, yakni Mimika-Agimuga, Moni-Puncak Jaya, Paniai, Kamuu-Mapia, dan Teluk Cenderawasih. Dalam lima dekanat terdapat 27 paroki dan 2 quasi paroki.
Data per Desember 2009, jumlah umat Katolik Keuskupan Timika sebanyak 99.328 orang. Jumlah umat terbanyak, 12.766 orang terdapat di Paroki Katedral Tiga Raja Timika, disusul Paroki Santo Yusup Enarotali 9.723 orang. Dekanat Paniai dengan pusat Enarotali merupakan dekanat yang jumlah paroki banyak dan petugas pastoral paling lengkap. Konsentrasi umat Katolik di wilayah ini ada di sekitar tiga danau: Paniai, Tage dan Tigi.
Dengan luas Keuskupan Timika sekitar 102.892 km2, paroki tersebar di wilayah pedalaman, pesisir pantai dan kepulauan. Dengan medan yang cukup berat. Dari satu paroki ke paroki lain hanya bisa dijangkau dengan kendaraan darat, laut dan transportasi udara (pesawat).
Keadaan alam memang sangat bervariasi. Dataran rendah dan wilayah pantai berupa hutan rimba yang masih perawan dan rawa-rawa, khususnya di sepanjang pantai yang berhadapan langsung dengan Laut Arafura. Sungai-sungai mengalir dari daerah pegunungan dan bermuara di Pantai Selatan dan Utara. Dataran tinggi berupa pegunungan yang bagaikan mata-rantai dari Potowayburu hingga Puncak Jaya. Beberapa puncak gunung dengan ketinggian diatas 12.000 kaki selalu diselimuti oleh salju abadi. Dua gunung yang puncaknya bersalju ialah Gunung Trikora dan Gunung Carstenz.
Topografi yang bergunung-gunung ini menyulitkan pelayanan. “Beberapa wilayah memang lebih sulit, hanya dapat dijangkau dengan Cessna dari penerbangan misi (AMA),” ujar Mgr. John Philip Saklil Pr.
Karena transportasi udara sangat mahal, ia berharap agar jalan darat harus segera dikerjakan. “Pemerintah sudah memikirkan hal itu, meski pembangunan jalan darat agak sulit, agar dapat menghubungkan dataran tinggi dan dataran rendah,” tandasnya.
Namun, di beberapa daerah telah ada titik terang. Jalan Trans Papua telah menghubungkan Nabire-Paniai. Ini sangat bagus. Kini banyak truk, bus dan kendaraan roda dua telah menjadi angkutan umum di jalan Trans Papua.
Berbeda dengan beberapa daerah lain, seperti Bilogai, Bilai, Ilaga, Jila, Agimuga, Modio, Timeepa, Apouwo, hingga kini hanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang jenis Cessna, Pilatus Porter dan Twin Otter.
“Ini tantangan bagi kami. Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit,” ucap Uskup Saklil.
Selain luasnya wilayah dan medan yang sulit, persoalan berikut adalah minimnya petugas pastoral. Tenaga pelayan di Keuskupan Timika bisa dihitung. Ada 100 orang dengan masing-masing tugasnya. Tenaga Gerejawi ini tidak hanya di bidang pelayanan pastoral parokial, melainkan bidang pendidikan dan kesehatan sebagai bagian dari perhatian Keuskupan Timika.
“Untuk merealisasikan bidang pelayanan itu, kami melibatkan Imam Diosesan, OFM, SCJ, SJ dan Pastor Awam. Juga biarawati dari beberapa konggregasi, seperti SMSJ, AK, PRR, OSU dan FCh. Tapi jumlahnya masih sangat terbatas,” tutur Uskup Saklil.
Karena tenaga pastoral sangat terbatas, konsekwensinya beberapa paroki tidak punya pastor paroki. Biasanya ada penanggungjawab paroki yang dipercayakan kepada tokoh umat atau guru agama Katolik. Umat di paroki seperti itu hanya mendapat pelayanan sabda dan sakramen secara periodik, yakni pada saat Natal dan Paskah.
“Tugas yang harus kerjakan memang banyak, sementara tenaga yang tersedia sangat terbatas. Yang adapun sudah terbagi, bahkan sebagian kerja rangkap. Kita menjalankan pelayanan ditengah segala keterbatasan,” tandasnya.
Uskup Saklil berharap, beberapa anak yang saat ini sedang studi di STFT Jayapura suatu kelak menjawab panggilan Tuhan untuk bekerja di ladangNya. Tercatat tahun ini ada 7 siswa sedang menjalani tahun persiapan (KPA) di Paroki KSK Bukit Meriam, mahasiswa semester I sebanyak 15 orang, semester V sebanyak 6 orang, semester VII sebanyak 7 orang, semester IX sebanyak 8 orang. Sedangkan mahasiswa Tahun Rohani berjumlah 3 orang, mahasiswa Tahun Karya 2 orang, calon imam (diakon) 2 orang.
“Mudah-mudahan para orang tua mau mengijinkan anak-anaknya kuliah di STFT dan STPK agar para lulusan bisa mengabdikan dirinya di ladang Tuhan,” kata Uskup Timika.
Sumber: PapuaPosNabire