TERESOPOLIS (BRASIL) - Tim SAR di Brasil terus mengevakuasi korban tewas yang sudah mencapai 482 orang. Puluhan jenazah sampai dijejerkan di jalanan dalam proses identifikasi oleh keluarga korban.
Longsor terbesar dalam 40 tahun terakhir di Brasil ini paling banyak memakan korban di kawasan kumuh di Rio de Janeiro dan daerah sekitarnya.
Mereka membuat pemukiman padat penduduk ke daerah perbukitan yang sebenarnya rawan longsor.
"Jumlah korban terus bertambah. Banyak orang yang tidak bisa ditolong karena tim SAR tidak bisa mencapai daerah mereka," kata Walikota Teresopolis, Jorge Mario, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/1/2011).
Hanya dalam 24 jam pada Selasa malam lalu, perbukitan dan bantaran sungai di utara kota Rio, longsor akibat curah hujan ekstrem satu malam yang setara dengan hujan sebulan. Banjir dan longsor menenggelamkan rumah dan melumat mobil seperti laksana kaleng timah. 13.500 Orang kehilangan tempat tinggal dari 150 lebih rumah yang rusak.
Proses identifikasi jenazah pun sungguh miris. Puluhan jenazah dijejerkan di luar kantor polisi di pusat kota, sebelum dibawa ke gereja.
"Jenazah-jenazah itu diletakan di sana karena tidak ada lagi tempat di rumah jenazah. Orang-orang menangis di jalanan. Ada juga orang yang membawa anaknya yang tewas dibalut selimut," kata Vinicius Bittencourt, seorang sopir taksi.
Pemadam kebakaran mengerahkan alat berat untuk membongkar reruntuhan yang menghalangi mereka menuju wilayah bencana yang paling parah. Dua helikopter dan rumah sakit lapangan dioperasikan pihak angkatan laut di lokasi bencana.
"Situasinya sangat kritis, tapi kita harus maju terus, tidak boleh berhenti," ujar komandan pemadam Jose Paulo Miranda.
Sumber: Detik