Wednesday 19 January 2011

Wednesday, January 19, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tiga Jalan Propinsi di Sumba Timur Putus Akibat Longsor dan Terjangan Banjir.
WAINGAPU (NTT) - Tiga ruas jalan propinsi jurusan Wahang-Tawui, Kananggar-Nggongi dan Praimbana-Mahu di Sumba Timur putus karena longsor dan terjangan banjir. Beberapa tempat seperti Mahu, Pinupahar dan Nggongi terisolasi. Hujan angin yang terjadi di Sumba Timur dalam sepekan terakhir juga mengakibatkan belasan rumah penduduk, rumah ibadah, kantor desa dan puskesmas rusak berat. Demikian data sementara yang dihimpun Badan Kesbangpol Kabupaten Sumba Timur hingga Senin (17/1/2011) siang. 

Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Sumba Timur, Marthen Kilimandu yang ditemui di ruang kerjanya, Senin siang, menyebutkan tiga ruas jalan yang putus. Pertama, di Luku Hawu, Desa Wahang, Kecamatan Pinupahar, jalan sepanjang 10 meter akibat longsor yang menyebabkan akses ke Tawui, Kecamatan Pinupahar terputus. 

Kedua, di Kalangga, Desa Tadulajangga, Kecamatan Karera, longsor sepanjang 78 meter akibat meluapnya Sungai Kabundu Puala. Lonsoran tersebut menyebabkan akses Paberiwai-Karera putus dan Nggongi, ibukota Kecamatan Karera terisolasi. Untuk menjangkau Nggongi harus melalui Tabundung dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Kalau terpaksa, kendaraan lintasan Waingapu-Nggongi harus menggunakan sistem tukar penumpang. 

Meluapnya Sungai Kabundu Puala di Kalangga, Desa Tadulajangga juga mengakibatkan saluran irigasi sepanjang 78 meter dari sungai tersebut jebol, jaringan distribusi air minum putus setelah 15 pipa induk dibawa banjir, 1,1 hektar tanaman jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian rusak, tanaman perkebunan dan kehutanan seperti kelapa, pisang, mahoni, jeruk rusak, dan delapan ekor babi hanyut. 

Ruas jalan propinsi lainnya yang juga rusak akibat tanah longsor, yaitu di Praimbana, Kecamatan Paberiwai pada ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Paberiwai-Kecamatan Mahu. Akibatnya, Kecamatan Mahu dan sekitarnya putus. Marthen juga mengungkapkan, hujan deras dan angin kencang yang melanda wilayah selatan Sumba Timur pekan lalu mengakibatkan belasan rumah penduduk, rumah ibadah dan bangunan pemerintah di Kecamatan Karera dan Kecamatan Ngadungala rusak berat. 

Berdasarkan data sementara yang diterima Kesbangpol Sumba Timur, satu bangunan posyandu permanen di Desa Katikuluku rusak berat, tiga rumah penduduk juga rusak berat, dan dua rusak ringan, satu bangunan gereja di Desa Karipi dan Desa Wanggameti rubuh rata dengan tanah, bangunan Kantor Desa Mauramba, Kecamatan Kahaungu Eti rubuh, enam rumah di Desa Praimadita dan satu rumah di Desa Kakaha, Kecamatan Ngadungala rusak berat. 

Di Kefamenanu, longsoran menimpa rumah warga Kampung Alor, Kelurahan Kefa Selatan, TTU. Warga yang jadi korban yakni Yulius Demang, guru SMP Kristen Kefamenanu dan Gabriel Neno. Menjelang kejadian itu, tim dari Pemerintah Kabupaten TTU sudah melakukan survai, namun belum ada langkah penanganan darurat di lokasi kejadian. Para korban secara swadaya mengadakan bronjong untuk mengantisipasi melebarnya longsoran. Salah satu korban, Yulius Demang, ketika menghubungi Pos Kupang, Senin (17/1/2011), menjelaskan, kasus tanah longsor itu terjadi sejak tanggal 11 Januari 2011 lalu. 

Hujan deras yang terus mengguyur wilayah TTU berimbas pada semakin melebarnya longsoran sepanjang 10 meter. Akibatnya, rumah permanen miliknya bergeser sejauh empat meter. Manggarai Timur Di Kampung Purak, Kelurahan Lempang Paji, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Anastasia Mandang, seorang ibu berumur 30 tahun, tewas setelah terseret tanah longsor sejauh 200 meter, Jumat (14/1/2011) sekitar pukul 15.00 wita. 

Sedangkan anaknya Yulianus Dalgus yang berumur tujuh tahun mengalami luka serius di sekujur tubuhnya. "Kemarin (Jumat 14/1/2011), hujan deras selama dua setengah jam dan korbannya seorang ibu dan anaknya yang saat itu ada di kebun jadi korban. Mereka terseret sekitar 200 meter. Saya langsung perintahkan untuk dievakuasi dan tadi malam sekitar jam 20.00 wita, korban berhasil dievakuasi ke Kampung Purak," kata Lurah Lempang Paji, Isfridus Sojo, yang dihubungi dari Borong, Sabtu (15/1/2011). 

Di Maumere, Pemkab Sikka bersama anggota Kodim Sikka, Tagana Maumere, Sar Maumere dan masyarakat Kelurahan Waioti-Maumere, Senin (17/1/2011) pagi, membangun tanggul penahan darurat di lokasi bencana Waioti. Tanggul darurat itu terdiri dari karung berisi pasir yang dipasang di pinggir pantai guna menahan air laut jangan sampai ke rumah warga yang berada di bibir pantai. Demikian penjelasan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sikka, Hery Siku, kepada Pos Kupang di lokasi bencana Waioti, Senin (17/1/2011) sore. Sementara korban bencana alam di Nangahale, Wailamung dan Lewomada, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka hingga kini masih bertahan di posko pengungsian. 

Bencana Waibalun Yohanes Somi Ama Kolin (37) alias Johny Kolin bersama istrinya Theresia Ruron dan dua orang anaknya Niken Kolin (8) dan Nofi Kolin (4), yang menderita luka pada bagian tubuhnya akibat bencana alam banjir di Kelurahan Waibalun, masih trauma. Petugas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Larantuka terus memberikan konseling dan psikoterapi agar korban cepat pulih. "Yang masuk rumah sakit hanya Johny Kolin dan istrinya. Keduanya secara medis sudah diobati, sedangkan secara psikologis sedang dalam pengobatan. Karena itu, kita masih memberikan terapi.

Jika sudah sembuh bisa dipulangkan,"kata Direktur RSUD Larantuka, dr. Yoseph Kopong Daten yang ditemui di pelataran Kantor Bupati Flotim, Senin (17/1/2011). Ia mengakui, luka fisik yang diderita Johny dan istrinya mulai dari pergelangan kaki hingga paha. Ini karena keduanya terjepit benda-benda keras. "Johny kena batu dan kayu yang saat banjir menghantam rumah mereka, sedangkan istrinya terjepit di antara lemari dan mesin jahit. Namun, ini sudah kita obati," katanya. 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Flotim, Petrus Pemang Liku, S.Sos, MT yang dihubungi ketika berada di lokasi bencana, Senin (17/1/2011), mengatakan, untuk mengantisipasi bencana banjir yang meluas , Pemda Flotim membuat jebakan-jebakan sekitar 200 meter dari rumah korban untuk memperlemah banjir jika ada banjir susulan. Laporan sementara bencana di wilayah Flotim yang dikeluarkan Pemrintah Kabupaten Flotim melalui Plt. Sekda Flotim, Anton Tonce Matutina menyebutkan, kelompok perempuan Lamaholot di Desa Watoone, Kecamatan Witihama mengalami kematian ternak babi akibat hock cholera sebanyak 16 ekor dari 28 ekor ternak bantuan untuk 10 orang anggota. Kelompok Gayak, Desa Nelereren, Kecamatan Ile Boleng mengalami kematian kambing 213 ekor karena menderita penyakit scabies, begitu juga kelompok Namatukan, Desa Nobo, Kecamatan Ile Boleng sebanyak 49 ekor mati. 

Sementara data kerusakan fasilitas, antara lain, Kantor Bupati bagian barat arah utara, gedung Dinas Kehutanan dan Perkebunan, tower 35 meter ambruk, kabel sling, antenna omni directional, antenna grid, mikrotik PC dan OS, mokrotik routerboard, penagkal petir, kabel power listrik, kabel UTP, POE. 

SUmber: Pos Kupang