Thursday 24 February 2011

Thursday, February 24, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Beberapa Jemaat Gereja Baptis Indonesia (GBI) Alami Pelarangan Beribadah.
JAKARTA - Pelarangan beribadah di negeri tidak hanya dirasakan oleh Jemaat GKI Yasmin, HKBP Rancaekek, GPIB Galilea Bekasi, Gereja Katolik Parung dan beberapa gereja lainnya, namun juga turut dirasakan juga oleh umat Baptis Indonesia, seperti pada beberapa gereja baptis di pulau Jawa. 

Seperti dilansir SuaraBaptis.com, di Bandung, sejak November 2008 masyarakat melarang Gereja Baptis Indonesia (GBI) Blok Kupat melangsungkan ibadah dan kegiatan lain di gedung miliknya sendiri. Hingga kini, mereka terpaksa meminjam ruangan di kampus Sekolah Tinggi Teologia Baptis – Sekolah Tinggi Desain Indonesia Bandung untuk kegiatan ibadahnya. 

Di sebelah barat Kota Bandung, sejumlah anggota masyarakat mendesak penutupan rumah ibadah GBI Cimahi Cabang Cimareme. Sesudah melalui perundingan, jemaat diizinkan menggunakan rumah ini hingga habis masa kontrak November 2011, namun kegiatan ibadah hanya boleh dilakukan sampai Juni 2011. 

Yang melegakan, GBI Batu Zaman Cabang Ciparay, Kabupaten Bandung, akhirnya mendapatkan dukungan masyarakat sesudah beberapa tahun sebelumnya sempat hampir ditutup karena desakan sejumlah kalangan. 

Sesudah melalui perjuangan yang berat dan menguras energi, gereja ini akhirnnya bebas melakukan kembali seluruh kegiatannya. Di Klaten, Jawa Tengah, GBI Anugerah Cabang Birin akhirnya ditutup Januari 2011 lalu. Gereja yang pernah menjadi posko Rebana, LSM milik umat Baptis yang membantu para korban gempa Mei 2006 lalu itu ditutup warga kampung dengan alasan tidak memiliki izin. 

Sangat mungkin terjadi, beberapa gereja Baptis lainnya akan turut mengalami pengekangan seperti ini bersama gereja-gereja Kristen lain di Indonesia. Menilik berbagai kenyataan sosial yang setiap hari dilaporkan media massa, tantangan di tahun 2011 ini mungkin akan semakian kompleks. 

Jika akhirnya para rohaniwan lintasagama bersuara tajam, ini karena muncul ketidakpuasan yang menumpuk akibat pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, dan partai politik dinilai gagal menjadi tumpuan harapan rakyat.

Sambutan hangat publik terhadap kritik keras para pemuka lintasagama – baik yang mendukung maupun yang curiga – menyiratkan, para rohaniwan menjadi tumpuan harapan terakhir bangsa ini. Di tengah-tengah berbagai kesulitan ini, para pemimpin gereja Baptis baik pendeta maupun nonpendeta dihadapkan pada tantangan yang lebih besar untuk turut membangun bangsa ini dalam penghargaan terhadap kemajemukan, keluhuran budi, kasih, pengampunan, ketabahan, keberanian menyatakan kebenaran, dan berbagai kualitas kekristenan lainnya. 


Memang tidak mudah menjalankan tugas kenabian, dan malah perlu bersiap-siap memberikan pengorbanan. Namun inilah memang yang harus dijalankan: kekuatan yang besar, mendatangkan tanggung jawab yang besar pula.

Sumber: Suara Baptis/ Tim PPGI