ATAMBUA (NTT) - Sebuah forum pembela hak perempuan dan anak-anak yang dibentuk oleh biarawati SSpS di Atambua, Nusa Tenggara Timur, telah membantu kepulangan 25 keluarga mantan pengungsi Timor Timur ke negara mereka, sekarang Timor Leste.
Mereka mengungi ke wilayah Indonesia 12 tahun lalu bersama ribuan orang yang meninggalkan Timor Timur tahun 1999, setelah adanya referendum yang didukung oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Hingga saat ini masih banyak yang menetap di wilayah Indonesia dekat perbatasan dengan Timor Leste.
Forum Peduli Perempuan dan Anak-Anak (FPPA), yang telah membantu upaya pemulangan mereka sejak tahun 2000, dengan memberikan bimbingan rohani, kemarin membantu 71 orang yang kembali ke negara mereka dari Atambua, ibukota kabupaten Belu.
“Mereka harus punya kemauan kuat untuk pulang, karena mereka akan menghadapi banyak tantangan seperti tidak ada pekerjaan atau rumah,” kata Suster Sisilia Anak Agung, SSps, pendiri FPPA.
Dibantu oleh LSM dari Belanda para anggota forum ini, didampingi pejabat pemerintah daerah dan militer, mengantar para pengungsi ke perbatasan. Di sana mereka disambut gembira oleh sanak saudara mereka dan pejabat Timor Leste.
Salah seorang pengungsi, Joao De Araujo, berterima kasih kepada pengurus FPPA. “Forum ini telah membuat semuanya berjalan lancer. Saat tiba di tempat asal kami nanti saya dan keluarga saya akan menanam kembali di tanah yang kami tinggalkan tahun 1999,” katanya kepada ucanews.com.
Tahun lalu FPPA membantu memulangkan 225 pengungsi Timor Timur.
Sumber: Cathnews Indonesia