KUPANG (NTT) - Peristiwa kekerasan mengatasnamakan agama yang terjadi di tanah air belakangan ini, membuat Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama tokoh lintas agama menyampaikan seruan bersama untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.
Seruan bersama pemerintah NTT dan tokoh lintas agama ini dikeluarkan di Kupang, Selasa (22/2) yang meminta masyarakat untuk menjaga kerukunan antarumat beragama di daerah tersebut.
Seruan bersama para tokoh agama dan pemerintah NTT ini ditandatangani Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Wakil Gubernur, Esthon Foenay bersama empat tokoh agama yakni Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Abdulkadir Makarim, Sekretaris Keuskupan Agung Kupang, Romo Gerardus Duka, Pr, Sekretaris Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pendeta Robert Litelnoni, serta Ketua Perhimpuan Hindu Dharma Indonesia Cabang NTT, I.G.M Putra Kusuma.
Inti seruan itu, mereka meminta kepada masyarakat NTT agar tetap tenang dan senantiasa menjaga kerukunan antarumat beragama, serta tidak terprovokasi dengan berbagai isu dan aksi kekerasan yang terjadi di daerah lain.
Selain itu, masyarakat diminta untuk meningkatkan komunikasi dengan tokoh agama, masyarakat, pemuda dan mahasiswa untuk mencegah semua jenis konflik dan tetap menjaga kerukunan yang telah terpelihara selama ini. Serta, menghimbau dan mendukung aparat keamanan menjaga ketertiban dan keamanan di NTT guna menciptakan suasana damai dan kondusif.
Seruan bersama ini dikeluarkan, menanggapi maraknya pesan pendek bernuansa Suku, Agama, Ras dan Golongan (SARA) yang marak beredar di masyarakat. "Kita tidak ingin kejadian 1998 lalu terulang lagi di NTT," kata Kepala Kesatuan Bangsa NTT, Sisilia Sona.
Sumber: Tempo