Sunday 20 February 2011

Sunday, February 20, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca YAKOMA-PGI Gelar Seminar “Komunikasi, Media dan Pluralisme”.
TOBELO (MALUT) - Seminar sehari bertajuk “Komunikasi, Media dan Pluralisme” yang dilaksanakan YAKOMA-PGI dan Pokja Hibualamo Yakoma-PGI Halmahera serta GMIH, kamis 3 Februari 2011, mengundang perhatian dari sebagian peserta Sidang MPL PGI di Tobelo. Ketua Umum PGI Pdt. DR. Andreas A. Yewangoe tampil sebagai keynote speaker.

Mengawali paparannya, dia mengatakan, pluralism pada hakikatnya memandang manusia atau kelompok sebagai ciptaan Tuhan. Dia kemudian mengutip Mazmur145:9a dalam kitab suci untuk Kristiani “Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang”.

Terhadap sikap kehidupan beragama dalam konteks pluralisme, dia sempat menceritakan pengalamannya yang terkait dengan media, terutama kasus perlombaan menggambar karikatur Nabi Muhammad di facebook yang sempat heboh beberapa waktu lalu. “waktu saya ditanya pandangan PGI terhadap masalah itu, saya katakan, ‘kita menolak pelukis-pelukisan yang melecehkan apa saja yang oleh agama dan kepercayaan lain dihormati.

Jadi kalu umat Islam melarang melukis Nabi Muhammad, kitapun musti menghormati hal itu’. Itu jawaban saya,” katanya. Fenomena tersebut, menurut Ketua Umum PGI ini, bahwa komunikasi dan media, apalagi di era sekarang ini bisa disalahgunakan, meski sudah barang tentu ada yang membawa berkat.

Di satu sisi, menurutnya, jejaring sosial di internet itu mempunyai daya pukau yang sangat luar biasa. Berbagai situs porno juga menguasai media itu sekarang. “Yang kita harapkan adalah masyarakat kita makin dewasa mencermati situs-situs seperti itu yang dalam banyak hal hampir-hampir tidak bisa diperangi lagi,” tandasnya.

Di sisi lain, Pdt. Andreas juga menegaskan tentang kemajemukan masyarakat. “Ini sesuatu yang given, yang tidak perlu meminta pengesahan dari siapapun. Sebagai masyarakat majemuk, kita bersifat terbuka. Komunikasi akan berjalan lintas agama, lintas suku, lintas sektor, lintas kepentingan dan sebagainya”.

Komunikasi seperti itu akan membuka isolas-isolasi yang ada dan memperkuat masyarakat majemuk, dimana salah pengertian bisa dieliminasi. “Ini juga berarti mengakui arti perbedaan-perbedaan. Kita musti camkan, bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat berkeadaban. Artinya, keadaban publik harus diketengahkan terus-menerus.

Tapi pada saat yang sama, ia juga bisa merusak, kalau pemberitaan-pemberitaan seperti misalnya perlombaan karikatur Nabi Muhammad itu dilakukan,” tandasnya. Ditekankan, misi Sidang Raya ke 15 mendorong gereja makin terbuka.

“Terbuka pada lingkungan yang di dalamnya kita hidup. Sebab itu, kita pun diminta terbuka kepada berbagai alat komunikasi yang tersedia. Tapi pada saat yang sama, apabila keterbukaan itu disalahgunakan, ia akan menjadi kutuk bagi kita. Dalam kasus film Fitna di negeri Belanda yang diluncurkan Geert Wilders beberapa waktu yang lalu, itu suatu kebebasan tanpa tanggungjawab akan bermuara pada kekacauan,” tegasnya.

Selain Pdt. Andreas A. Yewangoe, seminar itu juga menghadirkan Ismit Alkatiri dari Malut Post yang membahas tentang media massa dan pluralism, Pdt. Hendrik Lokra, STh., MSi yang sharing tentang pengelolaan media komunitas gereja Berita Oikumene, serta Rainy MP Hutabarat, STh yang mengangkat bahasan tentang media dan gender.

Sementara itu, tanggal 4 Februari 2011 merupakan pembukaan sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPL PGI) yang digelar di Tobelo. Pembukaan kegiatan berskala nasional itu, akan berlangsung di depan kantor Bupati Halut. Kegiatan ini rencananya akan dibuka salah satu pejabat kementrian agama RI.

Sidang ini diikuti seluruh perwakilan Sinode se Indonesia. Sekretaris Panitia MPL PGI, Pdt. Izaak Sumtaki kepada Malut Post di kantor Sinode GMIH Tobelo menjelaskan, kegiatan ini akan berlangsung hingga tanggal 8 Februari 2011 mendatang, dan diikuti 88 organisasi Sinode se Indonesia. Selain itu ada juga 27 persekutuan wilayah juga turut serta.

Total peserta yang akan mengikuti sidang ini diperkirakan antara 200-250 orang. Ia mengatakan, meskipun kegiatan itu merupakan internal keagamaan, tapi ada tiga issue nasional yang akan menjadi bagian dari persidangan tersebut. Yakni memperkuat persekutuan, merawat kemajemukan dan menjaga lingkungan. “Tiga hal penting ini diambil karena merupakan pesan-pesan gereja yang patut dijalankan bagi seluruh jemaat,” katanya.

Menyangkut soal kesiapan, menurutnya telah rampung. Sebelumnya Ketua Umum PGI, Pdt. DR Andreas A Yewangoe mengatakan, dalam sidang yang akan digelar nanti juga akan menghasilkan beberapa rekomendasi, baik berupa masukan untuk daerah maupun secara nasional.

Sidang tersebut juga akan dijadikan tempat melakukan berbagai evaluasi program yang telah dilaksanakan persekutuan dan gereja. Di lokasi pembukaan terlihat membuat persiapan, seperti panggung dan tenda. Selain di lokasi kegiatan, masyarakat juga memasang berbagai bendera pelangi di depan rumah serta di sepanjang jalan kota Tobelo. “Dukungan masyarakat sangat penting guna menyukseskan kegiatan ini,” tambah Izaak.

Sumber: Malut Post,