Sunday, 20 March 2011

Sunday, March 20, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca 10.000 Ribu Lebih Umat Kristiani Hadiri Peringatan Satu Abad Injil Masuk di Biak Barat.
BIAK (PAPUA) - “Injil menyatukan kita, Injil merubah ketakutan kita, Injil mendamaikan kita, Injil menerobos kekeras-kepalaankita selama ini,” demikian dikatakan Pdt Reiner dalam acara peringatan satu abad injil masuk di Swandiwe Selasa (15/3).

Saat obor Injil dibawa oleh para pelayan GKI di Tanah Papua (GKITP), menuju monumen peringatan satu abad Injil masuk di Biak Barat. Dua orang hamba Tuhan, Ryadun Guru Julius Abrahams (pria asal Maluku) dan Mambri Kaisubu Namsok Maker (pria asal Wardo), dengan penuh perjuangan datang ke wilayah Swandiwe atau Biak Barat. Keduanya telah berhasil membawa Injil dan mendarat di pantai Wardo menggunakan perahu Korerey, tepatnya 15 Maret 1911 silam. Dan dengan Injil itulah umat manusia di Papua khususnya di Swandiwe dapat disatukan dalam Kristus.

Hal itu dikatakan Pdt.Reinner Schuneman dalam kotbah ibadah syukur peringatan 100 tahun emas Injil masuk di Biak Barat, yang berlangsung di jemaat GKI Bethel Wardo, kabupaten Biak Numfor, Papua. Kata Reinner, kuasa Injil telah merubah manusia, sehingga sebagai umat yang percaya akan kekuatan Injil, tentu patut mensyukuri, seperti yang telah dialami khususnya didaerah Biak Barat ini.

“ Kita patut bersyukur, karena kita telah mengalami bagaimana kuasa Yesus menghancurkan kuasa-kuasa kegelapan, membawa kita keluar dari ketakutan akan ‘suanggi’, akan roh-roh jahat, bagaimana injil telah merubah kita sehingga bisa menyatu antara ‘keret-keret’ (marga) antara kelompok-kelompok warga ,” ujarnya dalam kotbah yang diikuti sekitar 10.000 ribu lebih umat Kristiani dari berbagai daerah di Tanah Papua, bahkan luar negeri dilokasi peringatan satu abad Injil masuk di Swandiwe ini, Selasa (15/3).

Dikatakan juga bahwa Injil telah membawa perubahan pendidikan bagi kita, perubahan dalam dunia kesehatan, dan juga dalam segala wawasan kehidupan umat manusia. Injil benar-benar telah membawa kehebatan-Nya di Biak Barat ini. Kita juga patut bersyukur kepada Kaisubu Maker dan Julius Abrahams yang penuh perjuangan datang ke Biak Barat ini. Sehingga melalui Injil kita bisa bertemu disini, dengan injil kita ‘napi’ (saudara dalam bahasa Biak) disatukan dalam Kristus.

“ Injil yang menyatukan kita, Injil yang merubah katakutan kita, Injil yang mendamaikan kita, Injil yang menerobos kekeras-kepalaan kita selama ini. Yesus sebagai terang, Injil sebagai kekuatan, Roh Kudus sebagai penolong, dan Allah sebagai pemimpin kita, dan yang penting adalah kita harus mengalami itu sendiri ,” tegasnya. Menurutnya dengan peringatan 100 tahun Injil ini, merupakan hari dimana umat Tuhan bersyukur sekaligus membuat komitmen besar bersama-sama.

Komitmen untuk mau menjadikan terang Yesus sebagai dasar kehidupan, dan penolong adalah Roh Kudus, Allah sebagai pemimpin serta Injil sebagai kekuatan kehidupan kita. Dan hal ini, bukan harus bersyukur tetapi sekaligus membuat suatu komitmen kedepan. “ Kita juga bisa menyebarkan injil kekuatan Allah kepada orang lain, kita bisa jadi pemimpin bagi orang lain, kita bisa jadi penolong bagi yang lain. Namun kita harus sungguh-sungguh mengalami pembaharuan dalam diri kita ,” ujarnya.

Dan untuk mencapai pembaharuan, perlu ada kesadaran, perlu diperbaharui, perlu dipulihkan. Juga mengakui kebutuhan akan pembaharuan, dan sungguh-sungguh mau dipulihkan oleh Tuhan. Dalam kotbahnya juga diingatkan, untuk semua yang telah mengenal Injil untuk selalu bersedia dirinya dikoreksi, begitu juga gereja dan pelayanannya. “ Cara memerintah kita ditengah pemerintahan, cara kita hidup ditengah-tengah keluarga, kita bersedia untuk dikoreksi, kita sadar, kita butuh pembaharuan, kita butuh sungguh-sungguh kesediaan untuk dikoreksi ,” katanya dalam kotbah.

Ibadah syukur peringatan satu abad Injil di wilayah ini, walaupun dibawah guyuran hujan, namun umat Kristiani tidak sedikitpun beranjak. Dan berlangsung lancar hingga memasuki rangkaian acara lainnya yang telah disiapkan panitia. Sebelumnya telah dilakukan prosesi masuknya obor Injil yang dibawa oleh para pendeta GKI Di Tanah Papua menggunakan perahu korerey menyeberangi lautan dan ribuan umat menyambut dan menyaksikan berlangsungnya prosesi tersebut.

Obor Injil dibawah oleh tiga pendeta, masing-masing Ketua BP Am Sinode GKI Di Tanah Papua, Pdt.Yemima Krey,STh, Sekretaris BPAm Sinode, Pdt.Rollo dan Ketua Klasis Biak Barat, Pdt.Oswald Rumbino, serta diringi para pendeta dan penginjil. Juga prosesi pengantaran obor Injil itu, berada dibarisan depan grup wor (tarian adat Biak). Obor Injil itu dibawa menuju monumen peringatan satu abad pekabaran injil di Biak Barat. Begitu obor yang dibawa tersebut tiba di monumen, ketua BP Am Sinode GKI Di Tanah Papua ini melanjutkan pembakaran ke obor induk yang berada di monumen.

Setelah itu dilanjutkan dengan peresmian monumen yang ditandai dengan pengguntingan pita oleh Yemima Krey, setelah itu penandatanganan prasasti oleh Yemima Krey mewakili semua jemaat GKI Di Tanah Papua dan wakil gubernur Papua, Alex Hesegem,SE mewakili pemerintah Provinsi Papua. Sementara itu ketua umum panitia, Markus Mansnembra,SH,MM saat ditemui Bintang Papua dilokasi peringatan tersebut mengatakan, menyadari pentingnya makna Pekabaran Injil, maka panitia telah berupaya untuk menyusun dan melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menyambut hari bersejarah ini.

“ Hari ini dimana Tuhan menentukan angin bertiup dan mengantar perahu ‘korerey’ mendarat di pantai Wardo. Sehingga Kaisubu Maker dan Julius Abrahams telah membuka tabir kegelapan serta mengusir kuasa jahat dari negeri ini, inilah yang harus disyukuri dan dilanjutkan ,” ujarnya.

Lanjutanya, peringatan dan perayaan serta perenungan akan tahun emas ini punya makna theologis, sehingga pihak panitia berupaya untuk menyambut hari berbahagia ini sebaik-baiknya, juga semua umat Tuhan di Swandiwe diarahkan untuk mengikuti semua kegiatan terutama persiapan menuju hari bersejarah ini. “ Kami menyambut dengan gembira para tamu dari segala penjuru Tanah Papua yang turut berbahagia bersama ‘kawasa’ Swandiwe di ujung barat pulau karang ini. Ini sebuah sukacita yang besar karena telah menyaksikan buah dari Pekabaran Injil itu sendiri ,” kata Markus Mansnembra kepada Bintang Papua

 Sumber: Bintang Papua