Monday 14 March 2011

Monday, March 14, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gereja Katolik Prakarsai Emaawaa-Owaadaa di Paniai. PANIAI (PAPUA) - Gereja Katolik Dekanat Paniai semenjak tahun 2005 menggagas satu gerakan bersama menuju kemandirian umat dengan program Emaawaa-Owaadaa yang dijalankan oleh setiap keluarga di masing-masing Komunitas Basis (Kombas).

Pastor Dekan Dekanat Paniai, Pater Marthen Ekowaibi Kuayo, Pr, mengatakan, Emaawaa-Owaadaa ditetapkan sebagai satu tema sentral gerakan moral umat Katolik menjawab keprihatinan bersama terhadap kehidupan masyarakat selama ini. Sebagai bagian dari Karya Pastoral, gerakan bersama itu telah dijalankan oleh setiap keluarga dan hasilnya tampak melalui pembangunan Emaawaa di setiap Kombas, Stasi, Paroki dan diharapkan Owaadaa juga tetap dikembangkan di pekarangan rumah.

“Pentingnya Emaawaa dan Owaadaa mulai dicetuskan pada saat Musyawarah Pastoral (Muspas) I yang dilaksanakan Februari 2005 di Enarotali. Ini upaya bersama menjawab kondisi riil umat setempat,” kata Pater Marthen, Sabtu (12/3).

Sejumlah program pokok yang dihasilkan pada Muspas I ditindaklanjuti oleh umat dengan membangun Emaawaa dan Owaadaa. Hasilnya dilihat kembali pada Muspas II di Paroki Santo Yohanes Pemandi Wakeitei, Kabupaten Deiyai, (11-16 Februari 2008). Selanjutnya pada Muspas III yang digelar di Paroki Santo Fransiskus Obano pekan lalu (26/2-4/3) membahas upaya apa yang telah dilakukan umat dan kemudian menetapkan agenda penting ke depan.

“Pola pewartaan makin membumi ketika mengajak umat membangkitkan budaya luhur, maka itu kita tetap mendorong Emaawaa Owaadaa tetap eksis, sebab dampaknya cukup terasa, dimana umat merasa ada sesuatu yang hilang bersamaan terus bergulirnya waktu. Ini satu Karya Pastoral yang harus dilakukan dalam rangka menuju kemandirian gereja, kemandirian umat,” tutur Pater Kuayo.

Dengan menumbuhkan kesadaran akan jati dirinya, warga suku Mee maupun umat secara umum dapat mencermati dinamika kehidupan yang kian mengglobal. Disini tantangan besar sudah menghadang setiap orang, maka menjadi tanggungjawab untuk menghargai karya agung Tuhan melalui para pendahulu di negeri Meuwo. Bahwa ada keunikan, keluhuran yang patut dilestarikan sebagai bagian dari pujian kepada keilahian Allah bagi umat di dunia ini.

“Kita optimis, akan ada hasil dan itu bisa terjadi karena berkat lindungan-Nya, sehingga Muspas benar-benar nyata melalui program yang sudah ditetapkan bersama,” imbuh Pater Marthen.

Sumber: TabloidJubi