Hal itu disampaikannya saat sebelum acara peresmian Pusdalops (Pusat Pengendalian dan Operasi) Tagana Be Volunteer Rajawali GBI. Pdt. dr. Josafat Mesach, Ketua Departemen Misi Pelmas BPH GBI juga hadir. Pdt. Ferry mengatakan, seorang anggota Tagana harus memiliki jiwa belas kasihan kepada orang lain.
Menurutnya, Yesus Kristus melakukan mujizat, melayani atas dasar kasih-Nya. “Kekuatan Tagana GBI cukup besar, saat ini. Beberapa pejabat di kawasan Papua mengakui hal ini, ketika Tagana GBI terjun ke kawasan bencana alam (Wasior),” ujarnya. Selain belas kasihan, kata Pdt. Ferry, anggota Tagana harus memiliki kepekaan dalam menolong orang lain. Alkitab menuliskan dengan jelas, kisah orang Samaria yang baik hati dan menolong seorang korban perampokan di jalanan.
Sebaliknya, orang Lewi dan seorang imam (pelayan Tuhan atau pejabat gereja masa kini), malahan tidak mau menolong sang korban. “Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak mempunyai kepekaan terhadap orang lain,” katanya. Ia juga mengingatkan, menjadi pejabat GBI bukan untuk mengejar jabatan, tetapi untuk menolong banyak orang. “Menjadi anggota Tagana bertujuan mencari kesempatan untuk bisa menolong orang lain (korban) bencana. Bukan untuk mencari uang dan keuntungan.
Jika motifnya demikian, silahkan buka perusahaan saja. Kegiatan Tagana ini murni untuk kemanusiaan, bukan untuk membawa orang pindah agama,” ujarnya. Laksanakan, merupakan kata penutup renungan Pdt. Ferry. Mantan Pangdam Jaya, May Jend. TNI AD (Purn) Darpito P. yang akan dikukuhkan menjadi penasehat Tagana, memberikan sambutan ringkasnya. Ia berpesan agar anggota Tagana siap sedia menghadapi pekerjaan kemanusiaan dengan resiko tinggi.
Sebagai orang percaya, anggota Tagana katanya, harus memegang prinsip Salib Kristus. Artinya, menolong orang lain atas dasar kasih. Selain itu, anggota Tagana harus mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan. May Jend TNI AD (Purn) Darpito yang juga pernah menjabat sebagai Mantan Pangdam VII Diponegoro, Jawa Tengah dan 8 tahun bertugas di Paspampres ini, mengutip nats Firman Tuhan yakni Yohanes 15:16, Mazmur 105:1-2 dan I Yohanes 1:7. Tidak ketinggalan, ia melantunkan tembang-tembang dengan nada nasionalisme, ciptaannya sendiri yakni “Pulihkan Negeriku” dan “Berkati Negeri Kami”.
“Perlu suatu sistem penanganan untuk mengatasi situasi kritis, teror,banjir, kebakaran saat ini. Harus ada perubahan pola penanganan bencana menjadi pro aktif. Jika tidak, maka manajemen bencana akan keliru dan ketinggalan,” ujar Drs. H. Soekarno MM, wakil Walikota Jakarta Barat. Menurutnya, manajemen terkini yakni mengerahkan kekuatan masyarakat sebagai subyek penanggulangan bencana.
Sementara itu, Pemerintah memberikan dukungan untuk hal ini. “Dalam rangka meningkatkan kesiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana yang akan datang, perlu peningkatan teknik manajemen secara terus-menerus,” katanya. Berkaitan dengan situasi setempat, wakil Walikota berpesan agar masyarakat mengenali lingkungan dan jenis bencana disekitarnya. Ia memberikan contoh nyata, saat banjir besar pada tahun 2002. “Posko penanggulangan bencana di kantor Walikota tidak bisa bergerak.
Pasalnya, lokasinya “dikepung” genangan air sungai Pesanggrahan dan Angke,” ujarnya. Ia menekankan agar anggota Tagana yang bertugas di Posko bisa siap sedia selama 24 jam penuh. Jangan sampai, pada waktu kejadian bencana, petugas posko ikutanmenyelamatkan dirinya sendiri. Menjadi anggota Tagana harus terpanggil hati nuraninya. Wakil Walikota ini menginfokan, gedung-gedung di Jakarta Barat rata-rata dirancang tahan gempa hanya pada kekuatan 7 Skala Richter.
Ada satu gedung dengan ketahanan 9 SR yakni gedung perpustakaan. Posisi lintasan naik-turun pesawat udara di Bandara Soekarno-Hatta mendapatkan perhatian khusus dari Soekarno. “Belum pernah kita latihan menghadapi situasi jika ada pesawat yang jatuh di wilayah Jakarta Barat,” katanya. Usai sambutan ringkasnya, Wawali menandatangani prasasti peresmian Pusdalops Tagana dan disaksikan oleh Pdt. Paul R Widjaya (Ketua BPD DKI Jakarta), Pdt. Ferry Haurissa, May Jend TNI (Purn) Darpito P, Drs. Jansen Manansang, MSc (pemilik Taman Safari, Cisarua), Andi Hanindito (Direktur Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial Kantor Kementerian Sosial RI).
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Bantuan Sosial Korban Bencana Alam di institusi yang sama. Usai acara tersebut, pengurus inti Tagana mengenakan seragam harian kepada May Jend TNI AD (Purn) Darpito P sebagai tanda pengukuhannya sebagai penasehat Tagana. Lima orang anggota Tagana mewakili 5 wilayah di DKI Jakarta menerima PIN Tagana sertifikat Tagana secara simbolis dari Andi Hanindito.
Acara dilanjutkan dengan peninjauan peralatan lapangan Tagana seperti dapur umum, alat komunikasi, perahu karet dan perahu motor, sepeda motor khusus kawasan berpasir (pantai), mobil roda empat, tenda lapangan, rompi penyelamatan di air. Pada bagian komunikasi, anggota Tagana di GBI HOB Jakarta Barat melakukan demonstrasi komunikasi langsung dengan sistem gateway (via jaringan internet dan radio komunikasi) dengan anggota Tagana di kawasan Aceh (Propinsi NAD).
Acara peresmian ini juga dihadiri pejabat setempat yakni Lurah Kembangan Selatan (H. Bajuri), Camat Kembangan (Drs. Andi), Danramil (Kapten TNI AD Sugiyono) dan Kapolsek (Kompol. Dede Yudi Apriansah).
Mengenal TAGANA
Kata “Taruna” bermakna generasi muda. Kata “siaga” berarti segala upaya kesiapsiagaan dalam kondisi apa pun. “Bencana” berarti tantangan dan masalah yang harus diselesaikan.Tujuan utama pemerintah untuk menyatukan visi, misi dan tindakan dalam penanggulangan bencana dengan menyatukan pada satu Korps yaitu Taruna Siaga Bencana atau TAGANA.
Tagana adalah suatu organisasi sosial yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang berbasiskan masyarakat. Pembentukan Tagana merupakan suatu upaya untuk memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek penanggulangan bencana, berbasis masyarakat.
Kegiatan Tagana meliputi kegiatan kemanusiaan dalam bencana dan kesejahteraan sosial. Anggota Tagana telah mengikuti pelatihan dibidang penanggulangan bencana dan bidang kesejahteraan sosial.Prinsip penanggulangan bencana yang dipegang oleh Tagana adalahOne Command (Satu Komando), One Rule (Satu Aturan) dan One Corps/Unity (Satu Korsa/Unit). Jumlah relawan Tagana di wilayah DKI Jakarta, pada akhir 2010, mencapai angka 2.200 personel.
Jumlah tersebut akan ditingkatkan kemampuannya dengan cara pelatihan spesialisasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.Hal itu ditegaskan Jafar, mewakili Direktur BSKA (Bantuan Sosial Korban Bencana Alam) Kementerian Sosial RI di Graha Bethel, Jakarta (Kamis, 23/9/2010), saat hadir pada acara "Pemberdayaan Tagana" yang digelar BPD GBI DKI Jakarta.
Sementara itu, jumlah anggota Tagana di seluruh Indonesia, menurut Andi Hanindito mencapai angka sekitar 37 ribu orang di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2010.
Sumber: Sinode GBI