Saturday, 19 March 2011

Saturday, March 19, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Perseku­tuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi) :Pelayanan Kesehatan di Papua Dikooptasi Politik. JAKARTA - Kesenjangan dan ketidakadilan akses pe­layanan kesehatan di Papua harus terus digumuli dengan mengusahakan solusi yang bermitra dengan stakeholder lokal, dalam dan luar negeri. Upaya ini mini­mal untuk mencegah pembiaran yang bisa berakibat pemberangusan satu generasi.

Demikian kesimpulan brainstorming dis­cussion dengan tema Ketimpangan Akses dan Ketidakadilan Pelayanan Kesehatan di Tanah Papua yang diadakan Perseku­tuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi) di Hotel Bintang Griyawisata, Jakarta Pusat (25/1)

Kesenjangan kesehatan ini selain di­akibatkan geografi Papua, juga karena intervensi peran pemerintah di bidang kesehatan yang tidak komprehensif. Masih mengandalkan cara konvensional. Padahal kapasitas pemerintah terbatas. Bahkan belakangan ini aparat pemerintah sudah dihinggapi muatan politik. Paradigma pelayan masyarakat bergeser menjadi pelayan penguasa. Disamping itu pemahaman terhadap budaya dan tradisi lokal masih sempit.

Akibatnya pelayanan kesehatan di Papua, terutama di pusat-pusat populasi masyarakat asli Papua jalan di tempat. Tidak ada perubahan mendasar dalam pengelolaan pelayanan dan akses ke fasilitas kesehatan.

Walaupun begitu, masih ada harapan dengan mendekatkan issue dengan reali­tas. Mengkomunikasikannya dengan sia­papun yang peduli, serta merumuskan langkah maju yang substansial, tercatat dan terevaluasi. Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pen­didikan untuk mempersiapkan agen-agen yang akan mentransformasi tradisi dan budaya menjadi nilai-nilai baru yang lebih pro kehidupan.

Hadir dalam diskusi yang dipandu Direk­tur Eksekutif Perkesi Ir. Nefos Daeli, ada­lah Paskalis Kossay, M.Pd (Kaukus Papua di Parlemen), DR. Jacob Tobing (Institut Leimena), dr. Sigit Sulistyo (World Vi­sion Indonesia), Pdt. Hilda Pelawi (GKI Kayu Putih), Ir. M.Doloksaribu (Universitas Kristen Indonesia, Jakarta), An­tie Solaiman, MA (Lentera Kasih), Pdt. Emmy Sahertian (Palma).

Sumber: Majalah Bahana