Saturday 19 March 2011

Saturday, March 19, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Surat Gembala Prapaskah 2011 Keuskupan Bandung. BANDUNG (JABAR) – “Dengan rendah hati marilah kita akui bahwa kita belum sungguh mengalami Gereja sebagai keluarga, tempat kita saling berbagi dan mengampuni, menumbuhkan dan meneguhkan; Gereja belum cukup menjadi ruang di mana kita bersama berdoa dan berkarya, memuji dan berbakti.”

Administrator Apostolik Keuskupan Bandung Mgr Ignatius Suharyo mengatakan hal itu dalam Surat Gembala Prapaskah 2011 Keuskupan Bandung bertema ”Komunitas Basis Gerejani sebagai Tanda Nyata Kehadiran Kristus di Dunia” yang dikeluarkan di Bandung, 31 Januari, dan dibacakan pada Perayaan Ekaristi 5-6 Maret.

Sadar bahwa umat menghadapi godaan besar untuk hidup sendiri dan menghayati iman dalam kesendirian sehingga lupa bahwa mereka adalah anggota Gereja, uskup minta umat agar “rela terlibat dalam komunitas-komunitas basis Gerejani yang hidup di keuskupan dan paroki.”

Keterlibatan di wilayah dan lingkungan adalah tanggapan atas panggilan Tuhan untuk berjumpa dengan saudari-saudara seiman dan membangun persekutuan, kata uskup.

Dikatakan juga, “kerelaan bergabung dan aktif dalam komunitas-komunitas kategorial, baik komunitas doa ataupun karya, merupakan kesempatan untuk bertumbuh bersama dalam komunitas … ketekunan kita untuk membangun keluarga kristiani merupakan dasar panggilan dan pengalaman kita untuk hidup menggereja.”

Selain meminta umat mengisi hari-hari puasa dan tobat dengan semakin menjadikan diri mereka bagian dari komunitas eklesial dan sosial, Uskup Agung Jakarta itu meminta mereka mensyukuri panggilan Tuhan yang telah menjadikan mereka utusan-Nya.

“Kita jalani perutusan itu dengan hidup dalam komunitas iman yang menjadi tanda peradaban kasih Tuhan. Melalui kita semua, Gereja yang misioner akan terwujud, dan peradaban kasih akan terbangun,” kata Mgr Suharyo.

Uskup berharap agar bersama dengan komunitas, persekutuan atau persaudaraan lain yang tumbuh di masyarakat, “Gereja Keuskupan Bandung akan semakin hidup, mengakar, mekar, dan menghasilkan buah-buah peradaban kasih.”

Dalam masa Prapaskah 2011, uskup minta umat Keuskupan Bandung merenungkan secara khusus mengenai hidup sejati yang terwujud melalui hidup berkomunitas, yang sejalan dengan tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Bandung 2011, yaitu “Kesejatian dalam Mewujudkan Diri Menuju Perwujudan Komunitas.”

Mgr Suharyo menyadarkan umat bahwa mereka adalah juga para murid yang dipanggil untuk hidup berkomunitas, bersaudara dan berjemaat dalam kesatuan dengan Kristus untuk menjadi ”penjala manusia.”

Sebagai komunitas para murid, lanjut uskup, Gereja harus terus-menerus dibangun. Umat Katolik, lanjutnya, dipanggil bersatu dan bersaudara dalam keluarga dan komunitas basis Gerejani yang merupakan tanda nyata dari kehadiran Kristus di dunia.

Menurut Almarhum Paus Yohanes Paulus II, ”Komunitas Basis Gerejani merupakan tanda kehidupan dan vitalitas dalam Gereja, alat formasi dan evangelisasi, serta menjadi titik awal perwujudan masyarakat baru yang didasarkan atas peradaban kasih.”

Maka, kata uskup, kalau umat terlibat dalam menciptakan peradaban kasih akan nampak kehidupan sejati sebagai murid Kristus. “Melalui komunitas, persekutuan, persaudaraan iman, yang ditandai semangat berbagi dan mengasihi, kita menegakkan peradaban kasih dan bersaksi dan mewartakan kekuatan kasih dalam melawan budaya kebencian dan kematian.”

Dengan demikian, lanjutnya, selain dimensi eklesial, buah pertobatan harus membawa umat pada kesadaran akan dimensi sosial hidup mereka. “Perutusan yang kita terima dari Kristus membawa kita pada perjumpaan dengan dunia dan realitas di mana kita hidup.”

Umat Katolik adalah bagian komunitas sosial yang di satu pihak menampilkan kekayaan dan keberhasilan, senyuman dan kebahagiaan, dan “di lain pihak komunitas sosial juga berwajah suram penuh dengan tangisan dan ratapan, bergelimang dosa dan nestapa,” katanya.

Uskup mengingatkan, lingkungan di mana umat tinggal penuh raut kemiskinan dan kelaparan, kekerasan dan kebencian. “Justru dalam situasi seperti inilah, komunitas basis Gerejani menjadi saksi utama dan tanda kasih-kebaikan Tuhan, bila kita mampu hidup dalam kasih yang diwarnai dengan kemauan berbagi dan mengampuni.”

”Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan ia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 7:21), adalah Sabda Tuhan yang “menegaskan kembali betapa pentingnya kesadaran akan dimensi eklesial dan sosial ini agar kita dapat menjalankan perutusan Kristus,” kata Mgr Suharyo.

Menegakkan peradaban kasih, melawan budaya kematian dan menghadirkan kasih-kebaikan Tuhan adalah kehendak Tuhan yang perlu dilaksanakan umat Katolik. “Komunitas basis Gerejani yang kita bangun, keluarga kristiani yang kita hidupi dapat menjadi alat kasih itu. Melalui komunitas iman yang menjadi alat peradaban kasih Allah, kita telah dan terus berusaha membangun kehidupan yang sejati,” tulis Administrator Apostolik Keuskupan Bandung.***

Sumber: Pena Indonesia