Wednesday 27 April 2011

Wednesday, April 27, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mayoritas Warga Amerika Serikat Akui Nilai-Nilai Kristiani Bertentangan dengan Kapitalisme.
WASHINGTON (AS) - Secara keseluruhan banyak warga Amerika lebih percaya bahwa nilai-nilai Kristiani bertentangan dengan kapitalisme dan pasar bebas ketimbang yakin bahwa mereka kompatibel. Pola ini juga berlaku di kalangan Kristen, demikian temuan survei.

Di kalangan umat Kristen Amerika Serikat, hanya 38% yakin bahwa kapitalisme dan pasar bebas itu sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, sementara 46% yakin keduanya bertentangan, demikian PRRI/RNS Religion News Survey. Ada juga perbedaan yang signifikan berdasarkan gender, partai, dan pendapatan.

Sebagai contoh, setengah (50%) dari perempuan percaya bahwa kapitalisme dan nilai-nilai Kristiani itu bertentangan, dibandingkan dengan 37% pria.

Mayoritas (53%) dari Partai Demokrat percaya bahwa kapitalisme dan nilai-nilai Kristiani itu bertentangan dibandingkan dengan 26% yang percaya bahwa mereka kompatibel. Di antara Partai Republik, hanya 37% mengatakan nilai-nilai Kristiani dan kapitalisme bertentangan, dan hampir setengah (46%) mengatakan keduanya kompatibel. Di antara orang Amerika yang mengidentifikasi diri dengan “Tea Party,” mayoritas paling solid (56%) mengatakan kapitalisme itu sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, hanya 35% yang percaya bahwa keduanya bertentangan.

Hampir setengah (46%) dari orang Amerika berpenghasilan US$ 100.000 per tahun atau lebih yakin bahwa kapitalisme itu sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, dibandingkan dengan 23% dari mereka yang berpenghasilan US$ 30.000 per tahun atau kurang.

Umumnya, orang Amerika di seluruh latar belakang keagamaan setuju bahwa klerus harus berbicara tentang isu-isu sosial, tetapi tentang isu-isu ekonomi, persetujuan itu pecah. Minoritas Kristen berdiri sebagai kelompok yang mengatakan bahwa klerus harus berbicara tentang berbagai isu ekonomi selain isu sosial. Namun lebih banyak kelompok agama mengatakan, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin lebih perlu disuarakan oleh klerus ketimbang isu-isu ekonomi lainnya.

Sumber: Cathnews Indonesia