Monday, 11 April 2011

Monday, April 11, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Penduduk Alphen aan den Rijn Adakan Ibadah Perkabungan Insiden Penembakan.
AMSTERDAM (BELANDA) -Penduduk Alphen aan den Rijn berkabung setelah insiden penembakan di kota tempat tinggal pada hari Sabtu (09/04) yang menewaskan tujuh orang. Dalam ibadah gereja dan acara-acara lain mereka mengheningkan cipta bagi korban penembakan.

Di gereja Goede Herder, pendeta Kees van Stralen mengungkapkan keheranannya setelah menyaksikan tayangan televisi mengerikan. "Hari Sabtu yang cerah dan indah berubah menjadi hari yang kacau."

Seusai ibadah, umat gereja bersama pendeta mengenang korban tragedi penembakan di pusat perbelanjaan de Ridderhof.
Peristiwa Penembakan Peristiwa itu sendiri terjadi sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Tristan van der V, 'laki-laki berusia 24 tahun, berbadan besar dan berambut pirang', masuk ke dalam kompleks pertokoan de Ridderhof dan melepaskan tembakan. Ia membunuh enam orang dan akhirnya menembak kepalanya sendiri.

Semua jenazah korban telah dikeluarkan dari pusat perbelanjaan. Terkait penyelidikan forensik, jenazah dibiarkan di sana selama satu malam.

Walikota Alphen aan den Rijn Bas Eenhoorn mengumumkan korban tewas adalah tiga laki-laki dan tiga perempuan, berusia 42 hingga 91 tahun. Mereka adalah warga Alphen aan den Rijn; salah seorang pria keturunan Suriah. Tujuh orang luka berat. Dua gadis berusia enam dan sepuluh tahun luka ringan.

Kejadian seperti ini - pertumpahan darah di antara warga tak berdosa di pusat perbelanjaan - tidak layak terjadi di Belanda. Bahwa ini bisa terjadi di Amerika Serikat atau Jerman, oke, Belanda sudah terbiasa dengan itu. Tapi tidak di Belanda - kecuali serangan di Apeldoorn mungkin, dua tahun lalu pada perayaan Hari Ratu.

Karena itu Belanda tidak siap menghadapi aksi satu orang seperti di Alphen, kata pakar keamanan Glenn Schoen. "Tapi kini Belanda termasuk apa yang disebut 'pola internasional'".

Tragedi itupun menimbulkan diskusi tentang undang undang kepemilikan senjata. Walaupun di Belanda undang undang itu, di atas kertas, sangat ketat.

Tristan van der V. memiliki lima izin kepemilikan senjata dan tiga senjata. Setelah insiden penembakan, polisi menemukan tiga senjata itu di pusat pertokoan.

Tapi bagaimana Tristan bisa memperoleh senjata tersebut, melihat bahwa ia di tahun 2003, ketika berusia 16 tahun, pernah melanggar undang undang kepemilikan senjata itu? Itu yang harus diselidiki hari-hari mendatang.

Surat perpisahan
Sejauh ini motif Tristan masih belum jelas. Ia memang meninggalkan surat perpisahan di rumah ibunya, tapi surat itu tidak memuat motif penembakan. Ibunya memiliki toko pakaian di pusat pertokoan de Ridderhof. Juga telah diketahui pelaku tinggal di rumah ayahnya, dekat pusat perbelanjaan.

Di mobil Mercedes, milik pelaku, yang diparkir dekat pusat pertokoan, polisi menemukan surat. Di dalamnya tertera adanya bahan peledak di tiga pusat pertokoan lain. Ahad pagi polisi telah membuka tiga pusat perbelanjaan tersebut untuk publik. Tidak jelas apakah polisi juga menemukan bahan peledak.

Ucapan duka cita
Pemerintah kota Alpen aan den Rijn, Minggu malam menyelenggarakan upacara memperingati para korban. PM Mark Rutte dan menteri Keamanan dan Kehakiman Ivo Opstelten juga akan hadir.

Daftar ucapan belasungkawa di internet condoleance.nl ramai dikunjungi. Ribuan pengunjung telah meninggalkan pesan. Mereka berharap agar keluarga yang ditinggalkan tetap tabah. Ada juga yang cemas tentang meningkatnya kekerasan di masyarakat.Beberapa orang juga prihatin dengan keluarga si pelaku.


Selain mendapat simpati dari warga sekitar, penduduk Alphen aan den Rijn juga memperoleh dukungan simpati dari dari perdana menteri Mark Rutte dan Ratu Beatrix melalui ucapan belasungkawa di internet. 

Tidak lama setelah peristiwa tersebut, ratu Beatrix, perdana menteri Mark Rutte dan pejabat pemerintah lainnya, mengecam kejadian ini dan mengungkapkan keterkejutan mereka. 


Sumber: RNW