
Menurut Pendeta Nus, "istilah itu muncul dalam masa pemerintahan Presiden Bush di AS. Kebetulan saat itu kaum evangelical menjadi pendukung utama pemerintahan Bush yang ternyata program-programnya sangat tidak ramah terhadap Islam dan akhirnya menimbulkan ketidaksenangan dunia Islam terhadapnya".
"Istilah itu lalu menjadi populer di sini. Maksudnya sangat berbeda dengan aliran gereja-gereja aliran evangelis yang ada di Indonesia. Gereja-gereja evangelis di Indonesia tidak punya hubungan dengan gereja di Amerika, apalagi mendukung pemerintahan Bush,” tegasnya.
Antonius Bawengan, kata Nus, bukanlah orang Injili tapi mantan Katolik yang kemudian masuk dalam aliran “pemuja” nama Yahweh. “Kelompok ini menggugat LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) karena memakai nama Allah. Sementara gereja-gereja evangelis sangat mendukung LAI. Jadi sekte itu adalah sekte yang tidak masuk dalam PGLII maupun PGPI,” katanya.
Sumber: Reformata