Tuesday 24 May 2011

Tuesday, May 24, 2011
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Alasan "Kristenisasi" Tempat Pelatihan di Jonggol Milik Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Tutup Warga didampingi Aparat Keamanan. CIBINONG (JABAR) - Penutupan gereja di Indonesia kian merebak dimana-mana. Ini akibat nyata dari ketakutan berlebihan tanpa alasan oleh segelintir umat Islam terhadap pekabaran Firman Tuhan yang sering mereka sebut sebagai "kristenisasi".

Sekali lagi bersembunyi dibalik nama "Warga Setempat" mereka menyerang dan memaksa untuk menutup sebuah tempat pelatihan dan pembinaan milik Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jonggol, Bogor, Jawa Barat.

Menurut laporan dari Pdt Didimus seperti dikabarkan dari GBIKapernaum, Jumat (20/05/2011) siang, Pdt. Didimus yang juga adalah gembala GBI Kampung Jonggol menyatakan bahwa ada 84 orang selepas sembahyang jumat dengan mengendarai sepeda motor langsung menyerbu masuk ke tempat pelatihan dan pembinaan bagi siswa-siswi Sekolah Misi Pembangunan Daerah milik Gereja Bethel Indonesia (GBI) dan menggeledah setiap ruangan, kamar, kelas dan bahkan menurunkan setiap gambar Tuhan Yesus yang tergantung didinding dan menyatakan bahwa tempat pelatihan Jonggol harus ditutup.

Seperti diketahui tempat pelatihan siswa-siswi S ini berdiri sejak tahun 1999 dan telah menjadi berkat bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya. Bahkan sejak berdirinya tempat pelatihan ini telah mendidik banyak siswa-siswi dan di utus untuk membangun masyarakat di daerah-daerah seluruh nusantara ini.

Sampai saat ini, kegiatan yang berlangsun diatas lahan seluas 5 ha ini berjalan dengan baik, lancar dan sangat memberkati warga disekitar. Hubungan pengurus atau pengasuh di tempat latihan ini dengan masyarakat dan pemerintah pun sangat baik dan harmonis.

Alasan penutupan ini pun sederhana saja, katanya "Kristenisasi". Padahal yang di bina atau dilatih di tempat ini semuanya adalah warga gereja yang akan memberkati daerah-daerah.

Herannya lagi menurut warga disekitarnya, apalagi beberapa warga yang bekerja ditempat tersebut mengatakan bahwa mereka heran, kok tiba-tiba sekali orang-orang ini datang menyerbu. Mereka yang menyerbu ini bukan warga disekitar tempat pelatihan ini.

Anehnya lagi, para penyerbu ini didampingi oleh aparat kepolisian dan Koramil setempat. Untungnya pada saat peristiwa ini terjadi tidak ada kegiatan pembinaan. Coba kalau lagi kegiatan berjalan, apa ngga terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Menurut Pdt. Didimus bahwa pihak pengurus sedang menindak lanjuti peristiwa ini.

Menanggapi masalah ini, Sekum BPH GBI, Pdt. Ferry Haurissa menanggapi dengan menyatakan "segera kita harus tindak lanjuti masalah ini, karena kalau tidak ditangani dengan baik maka bisa terjadi hal yang tidak diinginkan di negeri ini. Bayangkan saja kalau teman-teman kita di Papua mendengar hal ini dan mereka juga menindak lanjuti dengan caranya sendiri disana maka anda bisa tafsirkan sendiri akibatnya".

Mewakili Badan Pengurus Harian (BPH) Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pdt. Ferry Haurissa menghimbau kepada semua warga GBI agar tetap tenang dan berdoa supaya Tuhan menjamah hati para pengacau ini. "Kita semua tau bahwa ada orang-orang tertentu yang tidak senang melihat masyarakat kita ini hidup tenang, berdampingan dengan damai. Mereka adalah para penyusup dan orang-orang yang tidak Pancasilais" seperti disampaikan oleh GBI Kapernaum.

Sumber: GBI Kapernaum