Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tujuh Pemuka Agama Nasional Hadiri Konferensi Lintas Iman tentang HIV dan AIDS.
JAKARTA - 18 Mei 2011, Tujuh pemuka agama tingkat nasional berkumpul dalam Konferensi Lintas Iman tentang HIV & AIDS di Gedung Kemensos tanggal 18-19 Mei 2011. Acara yang diinisiasi Kemensos RI, World Vision Indonesia, INTERNA dan Komisi Penanggulangan AIDS ini menjadi ajang mempersatukan para pemuka agama untuk bersinergi membahas isu, bertukar informasi, serta membangun strategi penanggulangan HIV dan AIDS demi anak Indonesia sejahtera.
Perang terhadap HIV dan AIDS sudah dimulai lebih dari satu dekade, namun pandemi AIDS di Indonesia masih merupakan yang paling cepat perkembangannya di Asia. Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, pada tahun 2014 diperkirakan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) akan bertambah dua kali lipat dibandingkan tahun 2008, dari 227.700 menjadi 501.400 orang.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga akhir Desember 2010 di Indonesia terdapat 24.131 kasus AIDS yang dilaporkan yang tersebar di 300 kabupaten dan 32 propinsi. Angka kumulatif kasus AIDS di Indonesia adalah 10,46 per 100.000 penduduk, sementara jika dilihat per daerah maka angka tertinggi adalah Papua (16,6 kali angka nasional), Bali (4,7 kali angka nasional) dan DKI Jakarta (4,3 kali angka nasional).
Untuk kasus HIV positif terbanyak hingga Desember 2010 adalah DKI Jakarta (14.275), Jawa Timur (7.217), Jawa Barat (4.317), Sumatera Utara (3.789)dan Kalimantan Barat (2.603). Penyebaran HIV dan AIDS kian meluas tanpa memandang suku, agama, profesi, usia dan identitas sosial lainnya.
Tingkat penyebaran HIV dan AIDS yang semakin mengkuatirkan ini memerlukan penanggulangan secara terpadu dari berbagai pihak, baik pemerintah, NGO, tokoh lintas agama maupun masyarakat sipil. Pemuka agama memegang peranan strategis untuk menanggulangi dampak buruk sekaligus memutus mata rantai penyebaran HIV dan AIDS.
Dasar pemikiran ini mendorong World Vision Indonesia, Kementrian Sosial RI, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan Indonesia Interfaith Network on HIV and AIDS (INTERNA), mempersatukan para pemuka agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu dalam "Konferensi Lintas Iman tentang HIV dan AIDS" untuk bersinergi dalam satu pesan "Maju bersama Tanggap HIV dan AIDS untuk Anak Indonesia Sejahtera."
Konferensi ini dibuka oleh Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi kependudukan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup, dr. Emil Agustiono, M.Kes yang mewakili Menko Kesra. dr. Emil mengingatkan kembali terget penanggulangan AIDS yang telah ditetapkan dalam Strategi Nasional tahun 2010-2014 dan pelaksanaan Inpres No. 3 tahun 2010. "Saya berharap partisipasi lintas agama dapat mendukung pencapaian target nasional ini dan melindungi anak bangsa dari ancaman HIV dan AIDS," ujarnya.
Direktur Nasional World Vision Tjahjono Soerjodibroto dalam sambutannya menyatakan, "Para pimpinan agama mempunyai kesempatan yang intensif untuk membagikan kepedulian, meningkatkan pengetahuan dan inisiatif kepada umat atau jamaah dalam menanggapi isu HIV dan AIDS." "Lewat interaksi dengan umat akan timbul pemahaman lebih utuh untuk menghindari penularan HIV dan AIDS serta menghindari sikap diskriminatif," ujar Tjahjono di sela-sela konferensi.
Hadir dalam diskusi Prof. DR. Syafiq Mughni, M.Ag dari Muhammadyah, Prof. DR. H. Ali Maschan Musa, MA dari PBNU, Jeirry Sumampow, STH dari Komite AIDS Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Romo Agung dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Hs. Djaengrana Ongawijaya mewakili agama Konghucu dan Drg. Nyoman Suartanu mewakili Parisada Hindu Darma. Sejumlah tokoh agama dari Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Papua turut serta untuk berbagi pengalaman dan tantangan dalam penanggulangan HIV dan AIDS di daerah masing-masing.
Lewat konferensi ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama para pemimpin agama selain menjadi wadah untuk berdialog, berbagi pengalaman, memperkuat jejaring komunikasi serta menghasilkan kontribusi pemikiran untuk pemerintah. Untuk itu di akhir rangkaian kegiatan konferensi dirumusan rekomendasi yang akan diserahkan kepada pemerintah, KPAN, dan para pimpinan agama untuk langsung diimplementasikan kepada umatnya masing-masing.
Konferensi ini juga diisi dengan pameran dan penyampaian informasi terkini tentang status HIV dan AIDS lewat studi kasus dan program percontohan yang dilakukan oleh lembaga peduli HIV dan AIDS. Acara ini didukung oleh Badan Nasional Narkotika, Badan Narkotika tingkat propinsi, kota, kabupaten, serta lembaga-lembaga yang peduli terhadap HIV dan AIDS.
Berbagai stigma dan diskriminasi yang dialami, seringkali membuat ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) takut mengikuti pengobatan secara terbuka, bahkan tak jarang mereka kehilangan mata pencaharian untuk menutup biaya pengobatan. Dengan membuka diri kepada ODHA, kita mengenal penyakitnya dan bersama-sama menanggulanginya dengan cara mendampingi mereka menghadapi penolakan dan keputusasaan.
World Vision Indonesia sebagai mitra Kementerian Sosial RI, adalah lembaga kemanusiaan Kristen internasional yang bekerja untuk menciptakan perubahan pada kehidupan anak-anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. World Vision melayani semua orang tanpa membedakan agama, ras, suku atau jender. Dalam skala global, World Vision melayani di hampir 100 negara dan mendukung lebih dari 100 juta orang dan 3,8 juta anak dampingan.
Karya kemanusiaan World Vision di Indonesia telah mencapai 50 tahun lebih, mencakup 1.400 desa yang tersebar di 9 provinsi, terbentang mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam sampai ke Papua. Saat ini, lebih dari 95.000 anak mendapat dukungan dari program-program yang dilaksanakan. Sekitar 8.700 anak didukung oleh masyarakat Indonesia, melalui mitra lokal Wahana Visi Indonesia.
Sumber: GBI Kapernaum