Friday, 20 May 2011

Friday, May 20, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Prihatin dengan Radikalisme dan Intoleransi Kelompok Tertentu. BOGOR (JABAR) - Masih adanya upaya pemaksaan kehendak dan intoleransi yang bisa berujung pada radikalisme dalam kehidupan berbangsa akhir-akhir ini, merupakan bentuk pengingkaran komitmen kebangsaan. Sebab, komitmen kebangsaan yang disepakati para pendiri bangsa.

Hal itu dikemukakan Ketua umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Dating Palembangan dalam pidatonya pada pembukaan kongres IX organisasi ini di Wisma Kinasih Caringin, Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/5). Kongres yang akan berlangsung hingga Sabtu (21/5) ini, dihadiri 300 peserta pegurus dewan pimpinan daerah dan dewan pimpinan cabang dari seluruh Indonesia.

Sejumlah pendiri dan mantan pengurus GAMKI hadir dalam pembukaaan kongres ini antara lain, Amir Sirait, John Pieris, Alex Paat, Bhakti Nendra Prawironegara, Saut Sinaga, Pieter Singkali, Cornelius Ronowijaya, Saut Sirait, Burhanudin Rajagukguk. Bahkan, Ibu mantan Menteri Keuangan Leony Radius Prawironegara juga hadir pembukaan kongres ini yang sedianya dibuka Menpora Andi Mallarangeng, namun tidak hadir sehingga mengecewakan peserta kongres.

Menurut Dating, akhir-akhir ini masih ada upaya-upaya dari pihak dan kelompok tertentu yang terus memaksakan kehendak untuk mengingkari kesepakatan para pendiri bangsa dan negara. Segala bentuk radikalisme, intoleransi atau tidak mau menerima perbedaan, merupakan pengingkaran terhadap sejarah Rebublik ini yang didirikan dalam kebhinnekaan.

Hal yang sangat memprihatinkan kata Dating adalah munculnya gerakan radikalisme dan Negara Islam Indonesia (NII) yang disertai penculikan, sehingga meresahkan masyarakat, termasuk organisasi Islam terbesar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. ”Kita patut mengapresiasi dua organisasi Islam tersebut yang dengan tegas menolak radikalisme dan NII, karena merusak citra Islam sebagai agama yang damai dan menjadi rahmat bagi semua orang,” ujar Dating.

GAMKI, lanjut Dating, prihatin dengan upaya-upaya tersebut karena telah menyita begitu banyak waktu, energi dan dana. Padahal, empat pilar bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI sudah final dan harga mati. Sikap GAMKI sikapnya sudah jelas dan tegas bahwa ideologi Pancasila dan UUD 1945 sudah final, tidak tidak ditawar lagi.

Kemajemukan, pluralisme yang dimiliki yang bangsa Indonesia adalah ”given”, karunia Sang Pencipta yang luar biasa. Bukan untuk dipertentangkan, tetapi sebaliknya untuk saling melengkapi membangun kekuatan yang lebih solid dan mapan.

”Karena itu, sudah semestinya seluruh kekuatan bangsa dan negara kita kita maksimalkan dan arahkan untuk pembangunan bangsa yang menyejahterakan. GAMKI terpanggil untuk berjalan di depan mempelopori gerakan pembangunan yang tidak lagi mempersoalkan masalah-masalah ideologi negara yang telah final,” tegasnya.

John Pieres dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan keprihatinan GAMKI terkait dengan sulitnya perekrutan guru-guru agama Kristen di daerah yang berbasis Kristen sekalipun. Demikian pula masih ada penolakan terhadap pejabat Kristen menjadi Kakanwil Kementerian Agama di daerah yang mayoritas penduduknya Kristen.

Lebih lanjut Ketua Umum GAMKI mengatakan, bangsa Indonesia harus maju. karena itu, semua elemen bangsa mesti bersatu padu, bergandengan tangan dengan semua elemen bangsa, memajukan bangsa ini. ”Kita harus siuman terhadap ketertinggalan negara kita dari negara-negara lain. Kita harus bangkit dengan karya nyata dan bersama-sama menyelesaikan masalah bangsa ini,” ujarnya.

Kongres GAMKI tersebut juga mengagendakan pemilihan kepengurusan baru periode 2011-2015. Sejumlah nama telah beredar di kalangan peserta sebagai kandidat Ketua Umum GAMKI periode berikutnya, antara lain Dating Palembangan, Albert TH Siagian, Paul Hutajulu, Feybe Lumaanaw. Dating sebenarnya menyatakan sudah legowo mundur, tetapi kalau diberi amanat untuk memimpin kembali organisasi pemuda Kristen tersebut, dia menyatakan, bukan pecundang.

Sebagai wadah berhimpun kader pemuda gereja, GAMKI juga terpanggil untuk bermitra dengan berbagai elemen gereja dan bangsa. Sepanjang periode 2007 – 2010 ini GAMKI telah menjalin kemitraan dengan lembaga pemerintah, gereja, perguruan tinggi, OKP, dan berbagai unsur lainnya untuk saling melengkapi dalam menjawab tantangan bersama bangsa ini.

Sumber: Suara Pembaruan