Monday 9 May 2011

Monday, May 09, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Islam Fundamental, Sekte Salafi "Salah Mengerti", Dua Gereja Koptik Dibakar.
KAIRO (MESIR) – Bentrok masyarakat, yang mengaku mewakili kelompok umat Muslim dan Kristen Koptik terjadi di ibukota Mesir, Kairo, Minggu (08/05/2011).

Bentrokan itu terjadi setelah gereja Koptik Ortodoks, St. Menas, dibakar oleh kelompok fundamentalis Islam sekte Salafi dalam suatu kerusuhan sepanjang Sabtu (07/05/2011) malam. Menyebabkan 12 orang tewas dan 238 orang luka-luka.

Konflik itu merupakan kasus terbaru yang dipicu oleh kebencian yang disebarkan kelompok fundamental Islam, kelompok Salafi atas umat Kristen Koptik. Kendati dianggap sebagai kelompok minoritas, umat Koptik terus melakukan perlawanan sehingga terjadi bentrokan horisontal selama beberapa bulan terakhir.

Salah Mengerti
Pembakaran Gereja St Menas bermula dari desas-desus dari kalangan kelompok Salafi bahwa dua orang wanita Kristen bernama Camellia Shehata and Wafaa Constantine, yang adalah istri pendeta Koptik, telah diculik. Dia lalu kabarnya ditahan di dalam Katedral St, Mark's di Kairo.

Menurut kaum salafi, Camelia dan Wafaa telah beralih ke agama Islam dan telah menikah dengan pria Muslim, Namun karena jemaat Koptik yang tidak terima dengan kelakuan wanita itu, mereka menahan kedua wanita tersebut di Gereja St Markus.

"Kenyataanya kedua wanita tersebut masih 100% Kristen, Camelia bangga sebagai orang Kristen, ia tdak pernah ke AL Azhar untuk merubah iman Kristennya, ia pergi sebentar ke sanak saudara dari suaminya karena ada masalah dalam keluarga, " ujar Dr. Naguib Gobraeel, pengacara dari seperti diberitakan Kantor Berita Syria, AINA

Insiden itu berlanjut dengan bentrokan antara pendukung kelompok Salafi dengan umat Koptik. Mereka saling melempar batu di distrik kumuh Imbaba dan juga terdengar beberapa bunyi tembakan di wilayah konflik itu.

Pada Minggu, 8 Mei, ratusan pemuda Kristen mendatangi gedung stasiun televisi pemerintah di Kairo pusat, meminta penggantian Panglima Tinggi Mohamed Hussein Tantawi, pemimpin Dewan Militer yang kini berkuasa di Mesir sejak Hosni Mubarak lengser pada Februari lalu.

Sekelompok pria Muslim bertemu mereka dengan harapan dapat menenangkan kemarahan mereka. Namun bentrok pun pecah dan kedua kelompok tersebut saling melempar batu. Kantor berita Mesir, MENA, mengatakan 42 orang terluka dalam perkelahian tersebut.

Bentrok kemudian reda, namun ratusan demonstran masih berada di sekitar lokasi bentrok hingga tengah malam.

Pihak berwenang Mesir kemudian menempatkan kendaraan militer di sekitar gereja-gereja di kota pinggiran Kairo, Imbaba, setelah puluhan tewas dalam bentrok antar umat Kristen dan Islam.

Korban luka-luka yang dirawat di rumah sakit menunjukan luka mereka yang menyerupai lubang bekas tembakan. Media pemerintah mengatakan, 12 orang tewas dan 238 orang luka-luka. Sementara pihak medis mengatakan 65 orang mengalami luka tembakan.

Memprihatinkannya lagi, pemerintah Mesir tampak berdiam atas konflik selama berbulan-bulan itu. Pemerintah baru Mesir pun tengah berbenah diri setelah rezim Hosni Mubarak berhasil dijatuhkan oleh demonstrasi massa pada 11 Februari lalu.

Pada dekade 1990an, kelompok Salafi mencanangkan distrik itu negara di dalam negara, dengan mendeklarasikan "Republik Islam Imbaba. Itulah sebabnya penduduk Imbaba lalu melampiaskan kemarahan kepada pihak keamanan. Mereka merasa polisi hampir tidak berbuat apa-apa dalam mengatasi bentrokan selama berjam-jam.

Dalam satu kasus, seorang pria Kristen Koptik dipotong telinganya oleh kelompok Salafi karena menyewakan apartemennya kepada seorang perempuan Muslim, yang dituduh terlibat dalam prostitusi. Pada Sabtu malam, sebuah gereja dibakar.

"Kami tidak punya pilihan selain mempertahankan diri. Jangan salahkan umat Koptik atas apa yang mereka lakukan," kata pakar Koptik, Youssef Sedhom.


Peradilan militer



Pemerintah berharap sancaman sanksi ini akan membuat para perusuh gentar.Militer mengatakan 190 orang akan diadili di pengadilan militer atas tindak kekerasan yang mulai terjadi pada Sabtu, 7 Mei. Demikian seperti dilansir Reuters, Senin (9/5/2011).

Dua gereja rusak parah akibat pembakaran disertai rusuh setelah aksi protes sekelompok Muslim konservatif meningkat menjadi aksi amuk massa.

Kelompok Muslim itu mengepung gereja yang disebut-sebut menjadi tempat menahan seorang perempuan yang sudah masuk Islam.

Namun menurut para saksi mata ada kelompok lain yang menyulut pertikaian dengan melempar bom minyak ke arah gereja, sehingga aksi tembak-menembak terjadi.

Gagalnya pasukan pengamanan untuk meredakan pertempuran dua kubu selama beberapa jam berakibat pada munculnya keluhan kelompok Kristiani yang merasa tidak dilindungi negara.

Militer Mesir membuat pernyataan pada halaman jejaring sosial di internet, Facebook: "Konsil Militer Tertinggi memutuskan membawa tersangka yang sudah ditahan akibat insiden kemarin (Sabtu, 07/05), yang berjumlah 190 orang, ke hadapan sidang Mahkamah Agung Militer."

Tumbangnya Presiden Mubarak dan pemerintahnya yang keras telah membuka peluang bagi banyak warga yang merasa terpinggirkan untuk lebih bebas mengekpresikan sikapnya di jalanan sehingga ketegangan makin terasa di tengah masyarakat dimana kemiskinan kronis dan pendidikan rendah banyak terjadi.

Kelompok Islam garis keras termasuk yang paling vokal dalam menyuarakan sikap mereka, meskipun banyak pula kelompok demonstran Kristiani. Warga menuntut perbaikan standar hidup setelah revolusi berhasil, namun aksi massa tersebut telah mengakibatkan guncangnya kondisi keuangan pemerintah dan membatasi kemampuannya untuk memenuhi harapan para demonstran.

Campuran berbagai situasi berbahaya ini terjadi di Mesir, yang akan menjalani pemilu pertamanya dengan bebas dalam tempo kurang dari lima bulan sejak sekarang.

Sumber: Tim PPGI