Thursday 5 May 2011

Thursday, May 05, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Adakan Perayaan Ekaristi Syukur dan Seminar Sehari. JAKARTA - Terkait perayaan beatifikasi (pemberian gelar beato) kepada Paus Yohanes Paulus II di Vatikan, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengadakan perayaan ekaristi syukur dan seminar sehari.

Hadir pada kegiatan yang diadakan pada hari Minggu (02/05/2011) di kantor KWI, Jakarta, antara lain para imam, karyawan/wati yang bekerja di KWI, undangan dan para biarawan/wati.

“Paus Yohanes Paulus II adalah figur pembawa damai dalam arti yang sesungguhnya. Untuk memperjuangkan nilai ini, ia tak henti-hentinya menyerukan perdamaian dan menolak idiologi kekerasan ( ideology of violence) secara gamblang tanpa takut,” kata Romo Eddy Purwanto, sekretaris eksekutif KWI, dalm kotbahnya.

“Cara pandang ini hendaknya menjadi ilham bagi kita dalam kehidupan berbangsa di alam Indonesia,” kata Romo Edy seperti ditulis Romo Agus Dhuka di Mirifica.net.

Perayaan Ekaristi ini dimeriahkan dengan koor yang dibawakan oleh para Suster JMJ dan Para Frater CICM.

Sesi seminar menghadirkan dua pembicara utama yakni Romo Prof.Dr. Eddy Kristiyanto, OFM dan Prof Dr. H.Ahmad Syafii Maarif,MA.

Eddy Kristiyanto dalam paparannya berjudul Non Abbiate Paura Jangan Gentar) melihat Yohanes Paulus II sebagai orang yang tidak gentar.

Ia membuka lebar-lebar pintu kepada Kristus sebagai ungkapan spiritualitasnya yakni keyakinan pribadi akan kebenaran bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkannya dari kasih Allah, lanjut Romo Kristiyanto.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa, nama Yohanes Paulus adalah nama yang diambil dari Paus Yohaness XXIII, penggagas Konsili Vatikan II, dan Paus Paulus VI sebagai pelanjut pelaksana pembaruan Gereja (aggiornamento).

Semangat kedua pembaru gereja Katolik itu terpadu dan menyata dalam pribadi dan misi Yohanes Paulus II. Romo Kristiyanto menambahkan Yohanes Paulus II layak digelar John Paul the Great (Yohanes Paulus Agung).

Sementara dalam paparan berjudul Enam Tahun Ditinggal Paus Humanis, Maarif mengatakan bahwa Yohanes Paulus II merupakan figur dan pendekar semangat dialog lintas agama.

Ia berdialog dengan masuk ke sinagoga, masjid, kuil dan bahkan menghimpun semua pemimpin umat beragama di dunia untuk menyatu dalam doa dan kasih di Asisi, Italia tahun 1986.

Menurut Maarif, Yohanes Paulus II adalah A Great Lover.

Sumber: Cathnews Indonesia