Thursday, 5 May 2011

Thursday, May 05, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Nasib Umat Kristen di Mesir Mengkhawatirkan. KAIRO (MESIR) - Kristen Koptik Mesir, komunitas Kristen tertua di dunia, kini kian berkurang jumlahnya setelah banyak diantara mereka berpikir hendak meninggalkan negara tersebut karena takut kepada kelompok radikal yang telah membajak revolusi demokrasi bangsa.

Jatuhnya Presiden Mesir Hosni Mubarak baru-baru ini membawa harapan dan kesempatan kepada kelompok yang telah tertindas sejak lama oleh kediktatoran mubarak dikhawatirkan akan muncul kembali dan dikhawatirkan justru lebih parah menindas.

Selama revolusi berlangsung Koptik bergabung dengan kelompok lain melakukan aksi protes di Square Tahrir, namun sejauh ini kebebasan mereka harapkan masih saja sulit dinikmati oleh minoritas Kristen yang berada di bawah kepungan kelompok mayoritas.

Sampai saat ini, seperti dilansir CBN Kristen Koptik diperlakukan berbeda dengan kelompok mayoritas, meskipun mereka telah ada di Mesir selama lebih dari 1.000 tahun. Tak hanya itu dalam mengurus perijinan rumah ibadat umat Kristen juga kerap dipersulit. Hal ini seperti yang dialami oleh salah satu anggota sebuah gereja di Giza, kota dekat Kairo, yang mengatakan bahwa mereka dapat memperoleh izin bangunan setelah selama 10 tahun berulangkali mendatangi kantor pemerintah.

Tidak ada tempat bagi Demokrasi
Serentetan insiden kekerasan yang menimpa umat kristen merupakan contoh jelas bahwa kristen membutuhkan perlindungan dari pemerintahan yang baru. Namun Ikhwanul Muslimin - kelompok politik terkuat di Mesir saat ini - menegaskan bahwa hukum Islam syariah tetap menjadi dasar masyarakat Mesir.

Kelompok ini juga menentang perubahan demokratis dalam konstitusi yang akan memberikan hak yang sama dan memungkinkan orang-orang Kristen dan wanita Muslim untuk menjadi presiden.

Monir Bishara aktivis hak asasi manusia menghabiskan sebagian besar waktu luangnya untuk berbagi ide-ide demokrasi dengan orang-orang muda di Facebook. Dia mengatakan banyak agama di Mesir, tidak akan mendukung pemerintahan teokratis yang serupa dengan yang di Iran.

"Ikhwanul Muslimin kerap berbicara tentang demokrasi, tapi di dalam diri ... jika mereka mengambil kekuasaan, itu akan menjadi demokrasi yang terakhir [Pemilu] dan [pemerintah] akan menjadi diktator lagi," jelas Bishara.

Sumber: Reformata/CBN