Tuesday, 24 May 2011

Tuesday, May 24, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mgr. Johannes Maria Pujasumarta Ajak Anak-anak Berani Berkorban. YOGYAKARTA - Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Maria Pujasumarta, mengajak anak-anak Katolik di Yogyakarta agar berani berkorban untuk orang lain.

Sekitar 3000 anak yang tergabung dalam komunitas Pendampingan Iman Anak (PIA) dan Pendampingan Iman Remaja (PIR) seluruh kevikepan Yogyakarta, menghadiri acara yang diadakan di Taman Hijau Komunikasi ‘Kanisius’, Yogyakarta, Minggu, (22/05/2011).

“Pergandaan roti dan ikan yang dilakukan Yesus terjadi berkat ketulusan hati seorang anak kecil yang merelakan lima buah roti dan dua ekor ikan miliknya,” kata Mgr Pujasumarta.

“Bayangkan jikalau dia seorang anak yang pelit, mujizat pergandaan itu tidak terjadi,” lanjut uskup menyemangati anak-anak akan peran penting mereka dalam Gereja.

Ia mengungkapkan bahwa mujizat juga bisa terjadi sekarang, jikalau manusia dengan tulus mau berbagi dengan sesama.

“Kamu harus berani dan bersedia berkorban. Pengorbananmu akan seperti pengorbanan Yesus, pasti tidak akan sia-sia”, tegas uskup.

Acara kemarin merupakan kesempatan pertama bagi Mgr Pujasumarta bertemu dengan anak-anak di Kevikepan Yogyakarta sejak menjabat sebagai Uskup Keuskupan Agung Semarang.

Dalam menjelaskan makna pengorbanan Mgr Pujasumarta mengutip kisah Jawa tentang Aji Saka, seorang pemuda desa yang merelakan dirinya dimakan oleh seorang raja yang kejam demi kebaikan sesama warga desanya.

Ia juga menjelaskan makna pengorbanan dengan memperlihatkan tongkat kegembalaan yang dipegang uskup.

“Pada bagian kepala tongkat ini ada ukiran seekor burung pelikan dengan anak-anaknya yang berada di bawah sayapnya. Si induk dengan setia dan penuh kasih sayang memberi mereka makan. Bahkan pada masa paceklik, ketika si induk tidak bisa mencari makan, dia menyediakan diri untuk dimakan anak-anaknya agar mereka tetap hidup,” kata uskup.

Uskup menambahkan, Yesus sendiri mengorbankan dirinya demi keselamatan umat manusia. “Dia menyediakan Tubuh-Nya untuk kita santap, dan Darah-Nya untuk kita minum, agar kita selamat. Itulah yang terjadi tatkala kita menerima komuni,” lanjutnya.

Sumber: Cathnews Indonesia