Hal tersebut disampaikannya saat seminar dan bedah buku "Among the Believers: Kisah Hidup Seorang Muslim Bersama Komunitas Mennonite Amerika" karya Sumanto Al Qurtuby, kandidat Political Anthropology and Religion di Universitas Boston, Massachusetts, Amerika Serikat di aula Keuskupan Agung Semarang Jl Imam Bonjol, Sabtu (30/04/2011).
Seperti di lansir Suara Merdeka, Pdt Paulus menyatakan bahwa ketidakpahaman seseorang terhadap agama, dapat menimbulkan prasangka buruk terhadap agama tersebut. Misalnya dalam kasus terorisme yang diidentikkan dengan agama Islam. Adanya hal itu, membuat seluruh umat Islam diprasangkakan sebagai teroris.
"Padahal, sebetulnya kan tidak begitu. Dalam agama Kristen juga banyak berkembang paham radikal yang merusak Kristen sendiri, tapi memang tidak terekspos secara massif terutama di media massa seperti terorisme," tegasnya.
Menurutnya, untuk merubah hal itu, pemuka agama harus berada di garda terdepan dalam memberikan pemahaman agama yang kuat kepada seluruh umat agama masing-masing. serta pemerintah dituntut jeli mengonsep dan mengimplementasikan upaya deradikalisasi supaya kehidupan bermasyarakat tidak semakin rusak akibat banyaknya kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Dalam acara itu, terungkap pula bahwa masing-masing umat beragama masih keras kepala mengklaim agama atau kepercayaan pilihannya itu paling benar, sehingga mengakibatkan konflik masih terus terjadi. sehingga pandangan radikalisme adalah tantangan bagi seluruh umat beragama.