Monday 30 May 2011

Monday, May 30, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Peringati HUT ke-80, Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) Efrata Buduk Gelar Seminar.
MANGUPURA (BALI) - Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) Efrata Buduk menggelar Seminar ''Hidup Menyama Braya'' di gereja setempat, Sabtu (28/5). Seminar yang diikuti para klian dinas/adat se-Desa Buduk, jemaat gereja dan masyarakat tersebut menghadirkan narasumber Ketua FKUB Bali I.B. Gede Wiyana, Bishop Drs. I Wayan Sudira Husada, M.M. dan Rm. Paskalis Widastra, SVD. Seminar serangkaian HUT ke-80 Efrata sekaligus sebagai upaya memupuk kerukunan antarumat beragama di lingkungan Desa Buduk khususnya dan Bali pada umumnya.

Ketua Panitia dr. Made Nyandra mengungkapkan, konsep hidup dari segala macam agama memang beragam namun pada dasarnya memiliki tujuan membawa hidup lebih damai dan sejahtera. Salah satunya adalah konsep manyama braya yang bersumber dari sistem nilai budaya masyarakat Bali.

Dia berharap konsep manyama braya yang didiskusikan dalam seminar ini bisa dipahami sekaligus diterapkan di masyarakat. Sehingga konsep ini tak hanya jadi wacana di tataran pemimpin semata. ''Kami berharap konsep luhur ini bisa diterapkan di masyarakat secara umum. Makanya, kami sengaja mengundang masyarakat dari berbagai golongan dan agama,'' ujarnya.

Hal senada diungkapkan Wakil Bendesa Adat Buduk I Wayan Selat Wirata. Dia memaparkan, konsep manyama braya atau kerukunan dalam persaudaraan di Buduk telah menjadi hal biasa. Masing-masing umat berbeda saling menghargai dan saling tolong, termasuk dalam kegiatan upacara keagamaan. Dia pun berharap kerukunan dapat terus dijaga sehingga pembangunan bisa berjalan dengan baik.

Sementara itu, I.B. Gede Wiyana menjelaskan, konsep ideal manyama braya harus diwujudkan dalam pikiran, perkataan dan perilaku sehari-hari. Sudah tidak masanya lagi kalau ada umat beragama tetap berpegang pada pandangan sepihak bahwa agamanya saya yang benar atau baik dan agama di luar agamanya itu salah. Segala persoalan kemanusiaan tidak akan pernah bisa diselesaikan oleh satu golongan agama saja, sehingga umat beragama perlu memupuk nilai-nilai kemanusiaan dan manyama braya.

Bishop I Wayan Sudira Husada mengungkapkan, semangat kerukunan tidak sedikit pun mengurangi semangat missioner. Dalam hal ini, kerukunan antarumat beragama akan tercipta apabila terdapat dialog yang persuasif, terbuka dan jujur. Oleh karenanya maka perlu diupayakan suatu pendekatan yang berdasarkan kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat itu sendiri. Dalam konteks Bali, pendekatan dimaksud adalah melalui konsep manyama braya.

Sementara itu, Rm. Paskalis Widastra, SVD. dalam makalahnya menyebutkan, Gereja Katolik mengajarkan bahwa di dalam setiap agama dan kebudayaan ada unsur kebenaran. Oleh sebab itu, dimungkinkan untuk membangun dialog dan kerja sama. Manyama braya adalah salah satu prinsip atau nilai luhur yang coba untuk ditawarkan dalam mengatasi berbagai macam konflik yang ada di tengah kerasnya persaingan hidup dan berbagai macam kepentingan.

Sumber: Balipost