Sunday, 22 May 2011

Sunday, May 22, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Yayasan Yoseph Freinademetz Luncurkan Program Pengolahan Limbah Domesitik. SURABAYA (JATIM) - Yayasan Yoseph Freinademetz yang menelola tiga Sekolah Katolik di Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini meluncurkan program pengolahan limbah domestik menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan sekitar.

Sekitar 300 undangan hadir pada acara peluncuran yang pada akhir pekan lalu di komplek SMPK dan SMAK Santa Agnes serta SMKK Mater Amabilis yang dikelola yayasan ini.

Sekretaris yayasan Suster Yosefa SSpS dalam sambutannya para peresemian “Achieve Green School” Zero Waste Water System, mengatakan alasan yayasan mengolah limbah karena melihat bahwa pelestarian lingkungan hidup merupakan perwujudan dari iman dan misi kongregasi.

Menurut Sr Yosefa, program ini merupakan bagian dari komitmen terhadap kecintaan pada lingkungan hidup.

“Dengan terobosan baru dari yayasan ini pada pengolahan limbah di dunia pendidikan ini, sungguh-sungguh berguna dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya,” katanya.

“Ke depan kami akan mengolah air limpah di sekolah-sekoplah kami dan mengubahnya menjadi air yang bisa dimanffatkan kembali oleh siswa,” lanjut Sr Yosefa.

Turut hadir pada acara tersebut antara lain penyanyi dan duta lingkungan hidup Agustinus Gusti Nugroho, atau lebih dikenal sebagai Nugie.

“Kita sudah tahu bahwa lingkungan hidup di Indonesia rangking terendah untuk kualitas hidup dan pengatasan masalah lingkungan hidup,” kata Nugie.

Ia menambahkan, masalah air bersih sudah makin sulit karena daerah-daerah sumber mata air di Indonesia sudah banyak yang tidak alami, sehingga banyak daerah kesulitan mendapatkan air bersih.

Menurut Nugie, apa yang dilakukan Yayasan ini sudah tepat dan mudah-mudahan bisa ditiru oleh sekolah-sekolah lain.

Pencetus Zero Water System Adolfus Derk Chandra mengatakan awalnya muncul ide pembuatan pengolahan air lembah di sekolah ini ada kaitannya dengan kehidupan masa kecil di daerah pedesaan.

Tapi pembangunan dan sebagainya telah menyebabkan kondisi itu hilang. “Bergerak dari situ saya menciptakan sebuah alat yang murah dan terjangkau untuk sekolah ini,” katanya.

Sumber: Cathnews Indonesia