Thursday, 9 June 2011

Thursday, June 09, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) Pertama Gereja Kerapatan Pentakosta (GKP). JAYAPURA (PAPUA) - Menegakkan suatu kebenaran memang butuh pengorbanan, baik tenaga,waktu maupun dana. Sebab, sebuah kebenaran tidak bisa dinilai dengan apapun juga, apalagi dengan materi atau kekuasaan.

Demikian antara lain kesan yang tersirat ditunjukkan para hamba-hamba Tuhan Gereja Kerapatan Pentakosata (GKP) yang mengikuti Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) yang secara resmi telah dibuka Selasa (07/06/2011).

Sebagaimana dijadwalkan sebelumnya, Musyawarah Besar Mubeslub Gereja Kerapatan Pentakosta dibuka secara resmi oleh Kordinator Badan Pertimbangan Rohani (BPR) pusat GKP Pdt R Soekarsono. Acara pembukaan diawali ibadah singkat yang dipimpin Pdt Daniel Borong dari Toraja, kemudian dilanjutkan seremoni pembukaan yang ditandai menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Tampak para peserta yang datang dari berbagai daerah seperti, Kaltim, Makassar, Toraja, Palopo, Manoda dan dari Jemaat-Jemaat lokal di wilayah Papua dan Papua Barat begitu antusias menguki acara Mubeslub tersebut. Semangat para peserta ini ‘terbakar’ semangat untuk sebuah kebenaran, yakni mengembalikan kembali ART/AD GKP hasil Mubes VII di tanah Toraja 2008 lalu yang telah mengalami perubahan.

Sebab menurut mereka, saatnya GKP bangkit sehingga segala kepalsuan harus dibersihkan dari organisasi. Hal itu sejalan dengan thema Mubeslub yakni, LIHATLAH AKU MENJADIKAN SEGALA SESUATU BARU PADA WAKTUNYA (Wahyu 21:5 b), Sub Tema, Melalui MUBESLUB kita meninggalkan Manusia Lama dan Mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui.

Sementara Ketua Panitia Mubeslub Pdt Johanis Sambo, S.Th, M.Th saat mengawali laporannya dengan menyampaikan terima kasih kepada pihak kepolisian Polda Papua dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua yang telah mengeluarkan ijin/rekomendasi penyelenggaraan kegiatan ini. Karena itu sebelum menyampaikan laporannya, Pdt Yohanis Sambo sempat membacakan ijin tersebut di depan peserta.

Dikatakan, Mubeslub ini bertujuan antaralain, mengembalikan ART/AD GKP yang isinya telah mengalami perubahan akibat ulah pengurus tertentu, yang secara sepihak melakukan perubahan yang melanggar aturan organisasi. “jadi Mubeslub ini kita mengembalikan ART/AD itu kepada aslinya sesuai hasil Mubes VII,”katanya.

Selain itu juga MUBELUB ini menentukan tempat pelaksaan MUBES VIII dan agenda linnya yang dipandang perlu.

Sementara Kordinator BPR Pdt R Sokarsono saat menyampaikan sambutannya mengatakan, GKP merupakan salah satu gereja nasional yang telah mengembangkan pelayanannya di sejumlah provinsi di Indonesia, termasuk Papua dan Papua Barat. Sebagaimana gereja lainnya GKP juga mengemban tri panggilan gereja yakni bersaksi,melayani dan bersekutu.

Dikatakan warga GKP saat ini telah ikut memberikan sumbangsih dalam pembangunan bangsa khususnya di bidang mental spiritual. Sebab warga GKP lanjutnya telah banyak mengabdi untuk bangsa dan gereja melalui profesi dan tugas masing-masing baik di bidang pemerintahan, swasta maupun profesi lainnya.

Karena itu ia mengajak warga GKP untuk tetap memelihara persatuan dan kesatuan dalam baik dalam organisasi GKP sendiri maupun kerukunan antara sesama umat yang berbeda kepercayaan. “Jadikanlah perbedaan itu sebagai kekuatan kita membangun bangsa dan daerah dimana kita melayani dan mengabdi,”katanya.

Sedangkan MUBESLUB yang pertama kalinya digelar di lingkungan GKP ini memiliki arti yang strategis, yakni mengembalikan keaslian ART/AD yang telah mengalami perubahan. Mengingat pentingnya MUBESLUB tersebut, Pdt R Soekarsono mengajak seluruh peserta sungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini agar hasil yang diharapkan bisa tercapai, sebagai acuan untuk mengembangkan organisasi GKP ke depan.

Untuk diketahui, Musbeslub ini berlangsung selama dua hari yang malam harinya dilanjutkan kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), dan ditutup pada hari Rabu (08/07/2011) kemarin.

Sumber: Bintang Papua