Thursday 9 June 2011

Thursday, June 09, 2011
2
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pdt Jacob Nahuway Tekankan Pelayanan Gereja Bintang Lima. JAKARTA - "Menampilkan pelayanan gereja bintang lima", merupakan judul kotbah Pdt. Jacob Nahuway di Graha Bethel, Jakarta, pada Senin, (06/06/2011).

Ia membuka acara Equip dengan tema "VIP Church Leadership" yang digelar mulai 6-10 Juni 2011. Kegiatan ini diadakan oleh Pascasarjana Sekolah Tinggi Theologia (STT) Bethel Indonesia, Jakarta dan didukung oleh BPH GBI, BPD DKI Jakarta, Seminari Bethel dan Majalah Bahana.

Para pembicara selama 5 hari seminar ini yaitu Prof. Dr. Gayus Lumbuun, SH,MH, Pdt. Dr. Jacob Nahuway, MA, Dr. Ir. Roy Sembel, MBA, Pdt. Josia Abdisaputra, S.PAK, M.Th (c), Sigit Triyono, MM, Dr. Frans Pantan, Drs. Kiki Rusmin, MA, Ir. Johan Handoyo, M.Th (c), Dr. Gernaida Krisna.

Layanan gereja bintang lima menurut Pdt. Jacob tidak berbeda jauh dengan layanan hotel bintang lima. Ia menekankan, layanan jenis itu berbeda dengan layanan hotel kelas melati.

"Gereja bintang lima jangan sampai meledak (booming) secara cepat, tetapi kemudian bangkrut dalam waktu singkat. Padahal, mereka punya siaran radio, televisi," ujar Pdt. Jacob. Ketua Umum BPH GBI ini menjabarkan hasil penelitian gereja mega (mega church) di Amerika, perihal syarat agar suatu gereja bisa mencapai layanan bintang lima.

Syarat-syarat tersebut ialah pertama, lokasi gedung yang strategis sehingga jemaat mudah mencapai gereja. Menurutnya, seorang hamba Tuhan harus memiliki "mimpi" yang besar. Artinya, ia bisa memimpikan gereja dan kantor yang berdiri di atas tanah yang memadai.

Sembari bersaksi, ia melakukan hal yang sama usai tamat Seminari Bethel Petamburan dan setelah menunggu selama 31 tahun, mimpi itu menjadi kenyataan kini. Pdt. Jacob dan jemaat telah menyelesaikan pembangunan gereja GBI Mawar Sharon di Kelapa Gading, kawasan Jakarta Utara.

Kedua, gedung yang indah. Hal ini termasuk penempatan speaker, mimbar, peralatan musik pada tempat yang semestinya. Ia menambahkan, musik harus bagus dan enak didengar. Ketiga, training (pelatihan) guna menunjang pelayanan gereja. Keempat, kepribadian hamba Tuhan. Ia harus tampil dengan senyum, hangat, cara bicara, menghimbau orang simpatik.

Kelima, kotbah yang berkualitas. Syaratnya, kata Pdt Jacob yakni, pertama, Isi kotbah harus meninggikan Yesus Kristus, bukan pribadi sang hamba Tuhan. Kedua, Alkitabiah. Pdt. Jacob menambahkan, sebuah kotbah yang berkualitas dan baik harus memiliki : tema, kerangka kotbah, dan kebenaran ilahi. Hamba Tuhan harus terus belajar, membaca berbagai hal. Ia berpesan, jemaat bisa saja lebih pintar dari seorang Pendeta/Gembala. Sementara itu, sang gembala tidak pernah ikut seminar apapun.

"Tugas Seminari Bethel berkaitan dengan pengajaran ialah meluruskan hal ini sesuai dengan Firman Tuhan," ujarnya. Ia berpesan, jangan sampai seorang pelayan Tuhan fasih berbahasa roh tetapi hidupnya dikuasai oleh kesombongan.

Selain itu, Pdt. Jacob mengingatkan, jangan sampai seseorang mengatakan dirinya penuh dengan Roh Kudus, sehingga tidak perlu belajar. Gembala Mawar Sharon ini memberikan contoh, Petrus sebagai seorang nelayan tetapi Tuhan mengurapinya dengan Roh Kudus, sehingga saat ia berkotbah, 3.000 jiwa bertobat. Contoh lainnya ialah Rasul Paulus yang penuh dengan Roh Kudus tetapi belajar, sehingga Tuhan memakainya secara luar biasa seperti tertulis pada Alkitab.

"Jika Tuhan memanggil anda sebagai gembala, maka Ia akan memberikan petunjuk kepada anda untuk berkotbah," ujarnya. Selain itu, Ketum BPH GBI ini juga memberikan pengarahannya seputar liturgi. Liturgi, katanya harus teratur, walau sang pengkotbah bergerak ke berbagai arah tetapi gerakannya harus terpimpin.

Ruang ibadah terdapat kursi, pujian diatur porsinya berapa prosentasenya, termasuk tantangan, mendoakan orang sakit, dan jemaat yang mempunyai masalah. Pelayanan gereja harus memperhatikan soal durasi waktu. "Mulailah dan akhirilah suatu ibadah dengan tepat waktu," ujarnya.

Berkaitan dengan perkembangan teknologi, ia mengingatkan agar hamba-hamba Tuhan tetap membawa Alkitab saat kotbah di mimbar. Pdt. Jacob mengkritisi perihal hamba Tuhan yang membawa laptop atau telepon genggam saat berkotbah di mimbar. "Jangan sekali-kali anda kotbah tanpa membawa Alkitab di mimbar. Pengkotbah level dunia saja seperti Paula White, George Meyer selalu membawa Alkitab saat kotbah di mimbar.

Menurutnya, kepuasan jemaat dalam beribadah di suatu gereja akan mendatangkan dampak yang positif. Jemaat tersebut akan mengajak rekan, saudara, bahkan banyak orang datang ke gereja untuk mendengarkan Firman Tuhan. "Jika jemaat tidak mendapatkan kepuasan dalam suatu gereja, maka gereja anda bukan gereja bintang lima," ujarnya. Berkaitan dengan hal-hal yang non liturgi, ia menyarankan para peserta seminar untuk memperhatikan juga kebersihan toilet.

Sementara itu, di lokasi yang sama, Pdt. Dr. Frans Pantan mengatakan dalam sambutan singkatnya, bahwa kegiatan ini salah satunya bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada para pemimpin gereja untuk masa depan. "Pihak Pascasarjana STT Bethel Indonesia akan menjadwalkan kegiatan-kegiatan seminar sebayak 3 kali dalam setahun dengan berbagai topik, " ujarnya.

Sumber: GBI Kapernaum