Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Turut Hadiri Doa Bersama Untuk Ruyati.
JAKARTA - Puluhan aktivis yang mewakili berbagai LSM dan pemuka agama, termasuk perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), bergabung mengadakan doa bersama untuk Ruyati, TKI di Arab Saudi yang di hukum pancung, digelar di depan istana kepresidenan Jakarta, Senin malam (20/06/2011).
Sebuah website yang berbasis di Arab Saudi mengutib Menteri Dalam Negeri dengan mengatakan bahwa Ruyati dieksekusi di propinsi bagian barat Mekah pada Hari Sabtu akibat membunuh istri majikannya dengan pisau.
Kementerian itu mengklaim Ruyati mengakui perbuatannya dan hukuman mati disetujui oleh Kejaksaan Agung di Arab Saudi.
“Atasnama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga. Saya juga berdoa agar arwahnya diterima di sisi Tuhan,” kata Pastor Antonius Benny Susetyo, sekretaris eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI, selama doa bersama itu.
Menurutnya, KWI bergabung dalam acara itu karena KWI merasa prihatin dengan para TKI yang sedang menghadapi berbagai kasus setiap tahun termasuk hukuman mati.
“Kami menolak hukuman mati. Kita harus menghormati martabat manusia,” tegasnya.
Juga menyampaikan dukacita yang mendalam adalah Yenny Wahid, direktur eksekutif the Wahid Institute. Ia kemudian mengatakan: “Saya mendesak pemerintah segera menangani kasus hukuman mati yang dihadapi 22 TKI di Arab Saudi.”
Ia juga berharap bahwa Ruyati adalah kasus TKI terakhir yang diekskusi mati. Ke depan hal itu tidak boleh terjadi lagi.
Sementara, Anis Hidayah dari Migrant Care meminta pemerintah untuk membawa pulang jenazah Ruyati ke Indonesia. “Migrant Care dan aktivis lain sedang menggalang dana untuk mendukung pemulangan jenazahnya,” katanya.
Sumber: Cathnews Indonesia