Sekolah Kristen Pancaran Berkat (GSJA.org) |
Dilansir dari GSJA.org, Api yang berasal dari bangunan bertingkat tiga di samping sekolah, milik salah satu warga. Tetapi karena angin bertiup ke arah sekolah maka api dengan cepat menyambar bagian atas gedung-gedung sekolah, yang sebagian terbuat dari kayu. Alhasil semua ruangan yang ada ikut terbakar, Sejumlah 6.000 buku di perpustakaan sekolah musnah, 3.000 buku baru untuk tahun ajaran baru senilai 40 juta rupiah yang datang sehari sebelumnya juga ikut musnah, termasuk ruang pertemuan milik sekolah yang digunakan untuk gereja.
Sebagaian komputer di ruangan lab mereka turut musnah dan banyak yang tidak terselamatkan termasuk data-data murid yang ada di komputer dan dokumen. Kejadiannya begitu cepat karena anging bertiup kencang. Kesaksian mereka yang menceritakan kepada kami, melihat bagaimana si jago merah melalap ruang-ruang kelas yang asa sehingga 80% bangunan Sekolah musnah, adalah mengerikan.
“Jika saya tidak bangun, saya sudah mati pak!” ujar penjaga sekolah kepada Budi Setiawan, tim Peliputan GSJA yang sekaligus memberi bantuan kepada para korban.
Pdt. Stephen Pribadi, Gembala GSJA Bandengan via telepon mengatakan bahwa bantuan ini mungkin tidak berarti, tetapi jawabannya sangat positif, “Ini akan menjadi seperti lima roti dan dua ikan!”.
Selain itu Pdt. Nyoek Tjing, yang menjadi ketua tim renovasi dan pembangunan gedung pasca kebakaran, berkata, “Kami berterima kasih atas bantuan ini, betapa senangnya merasa bahwa kami tidak sendirian!”. Saya ditemani seorang staff ikut terharu dengan ucapannya. Memang benar-dalam situasi-situasi seperti ini, betapa pentingnya kehadiran teman-teman sejawat sebagai penguat dan penghibur.
Rupaya bencana yang menimpa sekolah ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk meniupkan isu bahwa sekolah akan tutup, namun syukurlah para orang tua malah dengan simpati berdatangan membantu menjagai sekolah.
Kepedulian dari sesama juga nampak ketika anggota gerakan Buddha Tzu Chi datang dan membangun posko bantuan, sehingga membantu meringankan beban bencana yang berat.
Sekolah yang telah puluhan tahun berdiri, kini menampung 700 murid dari TK, SD, SMP, SMAK. Kebanyakan murid datang dari keluarga sederhana yang tinggal di areal sekeliling Sekolah. Kebanyakan mereka adalah pendatang dari Bagan Siapi-api. Di dalam areal Sekolah, terdapat juga gereja SJA yang dilayani oleh Pdt. Chandra Wiguna dan seorang kawan PI lainnya.
Di pihak lain, mengingat sekolah itu sudah puluhan tahun melayani masyarakat, maka kehadirannya tetap menjadi kebutuhan dan harus dipertahankan. Beberapa gereja lokal SJA memiliki sekolah yang dibuka atas biaya sendiri dan masih berlangsung sampai sekarang. GSJA Bandengan adalah salah satu GSJA yang setia dalam pengembalian persepuluhannya, dan menjaring begitu banyak jiwa serta membantu perintisan-perintisan di berbagai Daerah.
Sumber : GSJA