Illustrasi (Tabloid Jubi) |
Segera setelah dipukul, Douw pergi ke rumah sakit Siriwini setempat, namun rumah sakit menolak memberi perawatan. Staf rumah sakit menghendaki adanya surat polisi sebelum mereka bisa merawat luka-lukanya. Kini Douw berada dalam ketakutan mengenai keselamatannya dan karena itu menghilang dalam persembunyian.
Insiden itu terjadi pada 15 Juni. Douw juga adalah seorang pekerja gereja di Biro Keadilan dan Perdamaian dari Gereja Kingmi Papua di Nabire. Mendengar bahwa akan ada protes di Kodim 1705 di Nabire, Propinsi Papua, dia datang ke sana untuk memantaunya. Tiga puluh menit setelah tiba, sekelompok pengunjuk rasa muncul dengan tiga truk.
Mereka mendobrak gerbang masuk dan mulai menghancurkan jendela dan melempar dengan berbagai benda. Douw segera bergegas ke tengah para pengunjuk rasa untuk menenangkan mereka.
Sebagai reaksi, militer melepaskan tembakan ke udara dan mulai memukul para pengunjuk rasa. Douw dipukul di kepala dengan potongan-potongan kayu. Dia juga menderita luka di bahu dan pergelangan tangannya akibat pukulan tersebut. Para pengunjuk rasa lari meninggalkan tempat kejadian, ketika dikejar oleh anggota Kodim 1705 dan pasukan bersenjata dari Batalyon 753.
Sumber: Cathnews Indonesia