Monday, 18 July 2011

Monday, July 18, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca 5000 Lebih Pengungsi Letusan Gunung Lokon Pindah Ke Balai Pertemuan dan Aula Gereja. TOMOHON (SULUT) - Sekitar 5.000 lebih pengungsi akibat letusan Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara yang berada pada sejumlah sekolah di kota itu dipindahkan ke berbagai tempat seperti Balai Pertemuan Kelurahan dan aula gereja.

Pemindahan ribuan pengungsi yang tersebar pada lima sekolah itu dengan menggunakan sejumlah kendaraan antara lain bus sekolah dan truk, Minggu (17/07/2011).

Pengungsi yang direlokasi itu sebelumnya berada di tempat pengungsian Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen 1 Tomohon, SMA Kristen Binsus Tomohon, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen 2 Tomohon, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Tomohon, Sekolah Dasar (SD) Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) 7 Tomohon.

Sekretaris Daerah Kota Tomohon, Arnold Poli mengatakan, telah melakukan pemindahan terhadap para pengungsi yang berada di sekolah-sekolah.

"Ribuan pengungsi tersebut akan disebarkan pada 23 titik antara lain di aula gereja, gedung milik pemerintah, gedung milik perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Manado di Tomohon, dan balai-balai kelurahan," kata Poli, juga Komandan Komando Tanggap Darurat Gunung Lokon.

Situasi ini, kata Poli, berpengaruh pada penanganan lainnya seperti dalam mengatur pembagian makanan.

Arnold Poli meminta supaya warga dapat mengikuti imbauan pemerintah dan Komando Tanggap Darurat, untuk mengikuti relokasi ke tempat lain, demi kebaikan masyarakat sendiri. "Supaya dapat mengikuti apa yang diharapkan pemerintah, karena ini semua bagi kebaikan masyarakat. Status Gunung Lokon itu sendiri sampai saat ini tetap berada pada level awas," katanya.

Sementara itu sejumlah pengungsi mengatakan, rela dipindahkan ke berbagai tempat karena sekolah yang dipakai untuk tempat pengungsian tersebut akan dimanfaatkan pendidikan anak-anak.

Meiske Nangka salah seorang pengungsi asal Kelurahan Kakaskasen mengatakan saat ini bersama keluarga telah dipindahkan ke gedung Kelurahan Ulindano."Menerima untuk dipindahkan sebab sekolah ini akan dipakai belajar anak-anak," kata Meiske.

Meiske menambahkan, lokasi yang baru tidak masalah, sebab tempatnya cukup baik sama dengan saat berada di SMA Kristen 1, berbagai kebutuhan seperti air bersih mudah diperoleh.

Frans M, 46 tahun, seorang pengungsi lainnya mengatakan, tidak merasa keberatan dipindahkan ke tempat lain yakni di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT).

"Dilokasi tempat pengungsian baru tersebut tempatnya bagus, sehingga sangat membantu warga pengungsi," kata Frans pengungsi asal Kelurahan Kakaskasen yang mengungsi bersama dengan isteri dan empat orang anaknya.


Relokasi yang Berpindah-Pindah

Ternyata tidak semua warga yang mengungsi di sekolah mengikuti anjuran relokasi ke tempat yang lebih aman, Diantaranya ada sekitar 20 orang pengungsi Gunung Lokon yang berada di sekolah menengah atas (SMA) Kristen Binsus Tomohon, Sulawesi Utara, menolak relokasi karena tempat yang ditentukan untuk dipindahkan berubah dari UKIT ke Unima.

Puluhan pengungsi terdiri dari orang tua, remaja dan anak-anak itu berasal dari Kelurahan Kinilow 1 Lingkungan V tersebut, hanya melihat rekan-rekannya naik bus sekolah untuk dibawa ke lokasi pengungsian Universitas Negeri Manado (Unima) di Tomohon.

Rony Sanggor, salah seorang pengungsi mengatakan, tidak akan pergi dan menempati tempat pengungsian di Unima, karena sesuai keputusan yang disampaikan tempat relokasi itu seharusnya di Fakultas Teologia Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT).

"Kami tidak mau menempati yang setahu itu bukan tempat kami. Sesuai aturan seharusnya di UKIT, tetapi mengikuti aturan itu dinilai salah, lebih baik kembali ke kampung Kinilow," kata Sanggor.

Ronny Sanggor menambahkan, pemerintah tidak tegas dalam mengatur tempat relokasi. "Pemerintah harus tegas, jangan mengubah tempatnya," katanya. Ronny juga menyesalkan pelayanan yang diberikan selama ini kepada pengungsi, yang dinilai kadangkala belum baik.

"Acap kali pengungsi harus makan siang pada pukul 16.00 wita. Seperti Minggu (17/07/2011), makan siang pukul 14.00 wita itupun hanya nasi, lauknya baru tiba pukul 16.00 wita. Jadi makan nasi dulu baru ikan," katanya.

Berti (71) mengatakan, sebenarnya sudah siap untuk mengikuti relokasi dari SMA Kristen Binsus ke UKIT. "Tetapi tiba-tiba saja diubah ke UNIMA. Informasi diperoleh lokasi yang telah ditentukan telah ditempati pengungsi dari tempat lain yang bukan untuk mereka," kata Berty.

Berty menyesalkan penanganan dilakukan, karena tidak konsisten dengan aturan yang ada atau berubah-ubah.

Koordinator Pos Pengungsian SMA Kristen Binsus, Agus Rumeser mengatakan, telah memberikan penjelasan kepada para pengungsi itu bahwa lokasi di UNIMA baik.

Sebab di tempat itu, dekat dengan Puskesmas kemudian sanitasi tersedia dan ruangan yang ada bagus karena merupakan tempat perkuliahan.

Relokasi mulai dilaksanakan pukul 13.15 wita, tetapi ada sebagian pengungsi telah berpindah tempat sendiri pada pukul 07.00 -09.00 wita.

"Kondisi ini membuat terjadi perubahan di lapangan, misalnya seharusnya telah diatur di UNIMA para pengungsi itu berpindah sendiri di tempat lain," kata Poli juga Komandan Komando Tanggap Darurat Gunung Lokon.

Sejak Sabtu (09/07/2011) aktivitas Gunung Lokon meningkat sehingga terdapat sekitar 5.205 warga di Kelurahan Kinilow, Kelurahan Kinilow 1 dan Kakaskasen 1 harus diungsikan ke sejumlah tempat.

Pengungsi itu tersebar antara lain di SMA Kristen 1 Tomohon, SMA Kristen Binsus Tomohon, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen 2 Tomohon, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Tomohon, Sekolah Dasar (SD) GMIM 7 Tomohon, Taman Kota, Rumah Dinas Sinode GMIM. (Antara)