Tokoh Kerukunan Beragama di Papua |
Ketua FKUB Papua, Pdt Herman Saud dalam keterangan persnya itu meminta pihak keamanan untuk menangkap pelaku sebagai bagian untuk menekan tindak kejahatan diluar batas hak asasi manusia.
Dikatakan Herman Saud pasca penculikan dan perdagangan yang memaksa ketiga anak tersebut untuk memakai pakaian Muslim dan membaca kitab suci Islam, akhirnya diketahui oleh pihak berwajib di Batam, telah memancing pimpinan umat beragama untuk berusaha jaga kerukunan umat beragama di Papua agar wilayah ini damai.
Bahkan dengan cara yang ditempuh itu, Saud mengakui akan mengganggu kerukunan umat beragama di Provinsi Papua. Itu sebabnya Saud berharap para orang tua yang inginkan anaknya bersekolah ke luar negeri agar menerima tawaran dengan cara-cara yang elegan. Pasalnya motivasi dari kasus penculikan dan perdagangan anak yang terjadi beberapa waktu lalu, akibat bermodus menawarkan anak untuk sekolah ke luar negeri dalam hal ini ke Australia.
Di tempat yang sama, Ketua FKPPA Papua, Uskup Jayapura, Mgr Leo Laba Ladjar, OFM mengatakan kasus yang melibatkan 3 anak Papua ditemukan di Batam, memberikan kesan adanya trafiking yakni penculikan dan perdagangan anak.
“Ini kejahatan kemanusiaan. Bukan soal agama, tapi ternyata membawa agama,” kata Leo Laba Ladjar. Untuk itu kata Uskup, masalah ini jangan dianggap remeh.
“Kami harap semua yang bertugas di Papua, pemerintah, gereja, orang tua untuk hati-hati kalau ada yang tawar untuk sekolah. Jangan gampang percaya.”
Ketua MUI Papua, Zubair Husein mengatakan ketiga anak yang jadi korban adalah penganut nasrani, entah bagaimana pelaku melakukan dialog dengan orang tua korban yang akirnya bisa menimbulkan tanda tanya. Untuk itu dia berharap seluruh komponen perlu hati-hati.
Sebagaimana ditemukan ketiga anak itu, berkat kesigapan Polisi di Batam saat ketiga anak itu mau dibuatkan akte lahir. Polisi pun curiga karena dari warna kulit, ketiganya dipastikan berasal dari Papua. Berkat fakta tersebut, polisi melakukan koordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak (KPA) Kepulauan Riau dan selanjutnya melakukan advokasi dan terhadap ketiga anak dimaksud.
Kasusnya pun akirnya terungkap bahwa ketiga anak itu adalah korban Trafficking dan akirnya dilakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten Jayapura melalui Badan Pelindungan Anak Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Jayapura. Ketiganya pun dipulangkan dengan selamat. Ketiga anak tersebut, masing-masing, Natalia Kosay (12), dan kembar Roaslina dan Rosalia Wondoy (11).
Sebagaimana ketiga korban penculikan itu dilakukan oleh ALK (28) seorang perempuan. Pelaku ALK menjalankan tugas dari Sevenikov yang tinggal di Australia yang mempunyai persekutuan Kristen atau yayasan pemberi beasiswa.
ALK kemudian meminta AS untuk mencarikan anak Papua untuk diberikan beasiswa. Ironisnya ketiga anak itu berada di dibawah kekuasaan ALK, ketiganya disuruh memakai jilbab dan belajar agama Islam di Batam. Bahkan ALK menelantarkan ketiga anak itu dan akhirnya diketahui oleh pemilik boat penyebarangan yang curiga melihat anak asal Papua itu di Pelabuhan tanpa pendamping orang tua. (Tabloid Jubi)