Gedung Gereja Toraja (oikumene.org) |
Dilansir dari Torajacybernews yang melaporkan dari arena sinode mengabarkan, Ketua Umum BPS-GT, Pdt. Soleman Batti dalam laporannya menyebutkan bahwa ketika SSA 22 tahun 2006 lalu jumlah jemaat sebanyak 913. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir bertambah 88 Jemaat sehingga jumlah jemaat sampai dengan SSA 23 sebanyak 1001 Jemaat. Jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah, karena saat ini terdapat 323 calon jemaat baru, yakni 267 Cabang Kebaktian dan 56 Tempat Kebaktian. Jemaat sebanyak ini dilayani oleh 534 pendeta.
Wilayah II Rantepao yang meliputi Kabupaten Toraja Utara plus 2 kecamatan di Tana Toraja (Kurra dan Nonongan) memiliki jumlah klasis dan jemaat terbanyak yaitu 27 klasis, 316 Jemaat, 58 Cabang Kebaktian dan 11 Tempat Kebaktian. Kemudian wilayah III Makale yang meliputi Kabupaten Tana Toraja (minus Kurra dan Nonongan) memiliki 25 klasis, 285 Jemaat, 79 Cabang Kebaktian dan 23 Tempat Kebaktian.
Wilayah I Luwu yang tersebar di seluruh Luwu Raya memiliki 21 klasis, 241 Jemaat, 71 Cabang Kebaktian dan 7 Tempat Kebaktian.
Wilayah IV Makassar yang merupakan kelompok diaspora memiliki 12 klasis, 159 Jemaat, 59 Cabang Kebaktian dan 15 Tempat Kebaktian.
Wilayah IV adalah wilayah di luar Luwu dan Toraja, yakni Makassar, Parepare, Bone, Sulawesi Barat, Sulteng, Kalimantan, Jawa, Sumatera bahkan sampai di Singapura dan Malaysia. Pelayanan Gereja Toraja di Singapura dan Malaysia dibawah koordinasi Klasis Pulau Jawa.
Sekalipun terlihat bahwa jumlah klasis dan jemaat di Wilayah IV adalah yang paling sedikit namun memiliki jumlah pendeta terbanyak, yaitu 176 jemaat. Wilayah II dilayani 135 pendeta, Wilayah III 132 pendeta dan Wilayah I dilayani 91 pendeta.
Pendeta terbanyak ada di Klasis Makassar sebanyak 44 pendeta, disusul Klasis Pulau Jawa 27 pendeta, Klasis Klatim Teng 25 pendeta, Klasis Makale Utara 20 pendeta, Kaltim Tarakan 18 pendeta, Klasis Sulteng dan Klasis Kutai Kaltim masing-masing 16 pendeta dan Klasis Parepare 14 pendeta. Artinya distribusi pendeta cukup banyak berada di wilayah perkotaan, sementara di pedesaan masih ada pendeta yang melayani beberapa jemaat sekaligus.
Secara umum jumlah pendeta yang pernah diurapi dalam Gereja Toraja adalah 787 pendeta, dimana 528 pendeta diantaranya sedang melayani di Jemaat. Sampai dengan tahun 2010 sebanyak 85 orang pendeta meninggal dunia
Langkah mundur SSA 22
Sementara itu, Majelis Pertimbangan Gereja Toraja (MPGT) dalam laporannya menyebutkan bahwa salah satu kemunduran SSA 22 di Jakarta adalah tidak terwakilinya unsur perempuan dalam struktur BPS Gereja Toraja periode 2006-2011.
Dari 13 personil BPS-GT semuanya laki-laki. Untuk itu MPGT berharap dalam SSA 23 ini unsur perempuan dan pemuda mendapat tempat dalam struktur baru BPS-GT.
Dalam laporannya, ketua MPGT Pdt. DR. I.P. Lambe mengatakan telah berbuat banyak untuk menyampaikan berbagai macam pertimbangan-pertimbangan yang dianggap penting kepada BPMS. Menurut Lambe, pertimbangan-pertimbangan MPGT tersebut disampaikan kepada BPS-GT baik secara tertulis maupun secara lisan, ada yang didengar namun ada juga ada yang tidak didengar, jelas mantan anggota DPD RI tersebut.
Sumber: Toraja Cyber News