Saturday 2 July 2011

Saturday, July 02, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Renovasi Gereja Bethel Tabernakel (GBT) Galilea, Semarang Berkonsep Stadium.
SEMARANG (JATENG) - Gereja Bethel Tabernakel Galilea di Jalan Kuala Mas, kini sedang direnovasi. Bangun rancang yang unik membuktikan selera estetis jemaat yang tinggi. Terlebih sejak nol gereja ini memang dikerjakan sendiri. Seperti apa?

Adalah Hendy Purnomo, warga Kuala Mas yang merancang pembangunan GBT Galilea ini. Ia membuat tempat ibadah itu seperti stadium. Lantai 2 digunakan sebagai altar, lantai tiga digunakan sebagai tribun bagi para jemaat. “Supaya pandangan jemaat fokus,” katanya.

Gedung baru gereja itu berdiri di atas tanah 25 x 25 meter. Hendy dan jemaat lain merancang sendiri gereja itu. “Karena tanahnya berbentuk persegi, jadi kita tarik diagonal,” ucapnya.

Ia sengaja tidak menyerahkan pembangunanan gereja kepada kontraktor. Sejak awal hingga pembangunan di tahap ketiga, Hendy yang mengawalnya. Maklum, meski tidak bekerja di bidang konstruksi, ia punya skill di bidang desain. “Saya lulusan Teknik Sipil Unika,” katanya.

Jika dicermati, bentuk gereja ini mirip dengan gereja di Eropa. Di salah satu sudut ada menara setinggi 34 meter. Menara inilah yang menjadi daya tarik utama gereja. Di atasnya terpasang salib berukuran 3 x 2 meter. Dilihat dari kejauhan, menara ini seperti kubah. Namun, bentuknya memanjang. Para pekerja sedang mengelas salib itu pada rangka baja pada Sabtu (25/06/2011).

Setelah menara selesai dikerjakan, pekerja akan membuat atap utama. Tidak seperti gedung lain yang menggunakan banyak rangka, atap akan bertumpu satu rangka dari baja besar. Bentuknya menyerupai piramida empat sisi. Bentuk demikian, menurut Hendi, belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia dan rekan-rekannya yang bereksperimen merancangnya.

Di bagian dalam, titik fokus gereja ada pada panggung setinggi satu meter di lanti dua. Luasnya tidak kurang dari lima meter persegi. Nanti, di panggung itulah altar akan diletakan. Sementara jemaat duduk mengelilingi dengan bentuk 2/3 lingkaran.

Konsep stadium, menurut Hendy, adalah hasil diskusinya dengan para jemaat lain. “Mereka menghendaki bentuk seperti ini,” katanya. Konon, gereja ini adalah satu-satunya gereja yang mengadopsi konsep stadium. Kapasitas tempat duduk diperkirakan mencapai 1.500 orang.

Pembangunan ini sebenarnya telah dimulai sejak lama. “Empat tahun lalu,” kata Hendy. Proses dibuat bertahap. “Ini sudah tahap ke tiga,” lanjutnya. Dana yang diperlukan hingga gereja siap pakai Hendy memperkirakan mencapai Rp 5 miliar. Sebagian besar dana itu bersumber dari jemaat gereja.

Tidak hanya itu. Desain, bahan-bahan yang dibelanjakan, hingga tenaga kerja jemaat sendiri yang menangani. Hanya saja Hendy tetap menggunakan jasa konsultan.

Interior gerja akan banyak dihiasi kaca patri. Menurut Hendy, kaca digunakan karena bagus untuk sirkulasi cahaya. Pada kaca inilah hiasan-hiasan bergambar Yesus akan dibuat. Tujuannya, supaya jemaat semakin merasa dekat dengan Tuhan. “Semoga akhir 2011 sudah selesai,” harapnya.

Bisa jadi, Gereja Bethel Tahernakel Galilea ini adalah bukti bahwa gereja bukan tempat peribadatan semata. Gereja adalah representasi selera estetis umat. Di tempat inilah kecintaan jemaat pada Tuhan diutarakan dengan bahasa tanda.Ya, dengan bahasa tanda yang indah.

Sumber: Portal Semarang