Monday 4 July 2011

Monday, July 04, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Uskup Agung Emeritus Hong Kong Ikut Protes Pembatasan Kebebasan Beragama di Cina Daratan.
HONGKONG (CINA) - Uskup Agung Emeritus Hong Kong untuk pertama kalinya bergabung dalam sebuah aksi di luar kantor penghubung Beijing memprotes pembatasan kebebasan beragama di Cina daratan.

Kardinal Joseph Zen-Ze-kiun merayakan Misa malam untuk persekutuan Gereja di Cina, pada pesta St. Petrus dan Paulus, sebelum bergabung dengan umat Katolik setempat dalam demo mereka.

“Sejumlah orang mengatakan baru-baru ini bahwa saya memaksa orang [umat Katolik di Cina daratan] menjadi martir karena hal itu lebih mudah bagi saya untuk melakukan ketimbang di Hong Kong. Ini konyol. Bagaimana memaksakan? Itu adalah anugerah Tuhan bahwa kita berkeinginan,” kata Kardinal Zen dalam homili.

Misa yang diadakan oleh komisi keadilan dan perdamaian itu dihadiri oleh sekita 100 umat Katolik.

Sekretaris eksekutif komisi itu Lina Chan Lai-na mengatakan aksi protest itu adalah usulan Kardinal Zen karena ia memiliki bukti bahwa banyak klerus disiksa di Cina daratan.

Kardinal yang sangat vokal itu berpikir bahwa kita harus menyampaikan dukungan terhadap mereka, lanjut Chan

Kardinal Zen, 79, memegang salib kayu besar selama demo itu sementara yang lain membawa spanduk serta nama-nama dan foto-foto para pastor yang ditahan.

Di luar kantor penghubung itu sebuah pernyataan sikap dibacakan yang intinya menyerukan kepada pemerintah Cina agar menghormati kebebasan beragama, menghentikan tindakan “tak berperikemanusiaan” terhadap para imam, membebaskan orang Gereja yang ditahan, mengakhiri penahbisan uskup yang ilegal, dan bertanggungjawab atas para imam dan uskup yang telah dihilangkan.

Para demonstran itu juga menentang penahbisan ilegal di Leshan dan penangguhan penahbisan uskup terpilih yang diakui Vatikan di Handan.

Akibat dari dua tahbisan yang berbeda pada perayaan Gereja yang penting adalah “tindakan provokatif,” kata Chan.

Para pemerotes kemudian mengikat pita berwarna kuning di pintu gerbang kantor itu dengan nama-nama dari para uskup dan imam yang hilang.

Sumber: Cathnews Indonesia / Ucanews