Demikian disampaikan pemimpin tertinggi atau Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pendeta Bonar Napitupulu, kepada SH seusai jumpa pers persiapan Perayaan Jubileum 150 Tahun HKBP, Jumat (19/08/2011), di Jakarta.
"Saya tidak keberatan kalau pemerintah yang menyegel gereja saya (HKBP), jika memang belum memenuhi aturan (pendirian rumah ibadat-red), tetapi saya tidak bisa terima kalau masyarakat yang menyegel itu, karena mereka tidak memiliki hak menyegel itu," ujar Bonar yang memimpin 4 juta orang jemaat HKBP tersebut.
Bonar mengatakan, sejak awal berdiri HKBP berkomitmen terhadap konsep kebangsaan. Oleh karena itu, ia selalu menyampaikan kepada seluruh jemaat HKBP agar kemajemukan benar-benar dilaksanakan supaya menjadi berkah dan tidak menimbulkan perpecahan bangsa.
Selain itu, kata Bonar, jemaat selalu ditekankan bahwa HKBP bagian dari bangsa Indonesia. Dalam perayaan Jubelium 150 tahun, kata Bonar, HKBP akan melakukan gerakan pembebasan dari kemiskinan, ketertinggalan, perpecahan, pembodohan, dan ketertinggalan yang tengah mendera bangsa Indonesia.
Sementara itu, Ketua Panitia Nasional Jubelium 150 Tahun HKBP Edwin Pamimpin Situmorang, mengatakan, puncak perayaan akan digelar pada 26 November 2011 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Sebelum perayaan puncak, ibadah raya akan digelar di lima kota, yaitu Tarutung, Medan, Surabaya, Pekanbaru, dan Balikpapan. Gereja HKBP di seluruh Indonesia turut menggelar perayaan serupa.
Edwin mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah diundang menghadiri perayaan Jubelium 150 Tahun HKBP. Selain presiden, kata Edwin, panitia jubelium juga mengundang para tokoh agama dan masyarakat. Sederet acara digelar hingga perayaan puncak di Jakarta.
HKBP adalah gereja Kristen Protestan terbesar di Indonesia. Gereja ini berdiri sekitar tahun 1800-an di Sumatera Utara setelah kehadiran para misionaris melalui misi Rheinische Missions-Gesselschaft dari Jerman. Ketika Soeharto berkuasa, Gereja HKBP di bawah pimpinan Ephorus Pendeta Soritua Albert Ernst Nababan sempat tidak diakui karena kritis terhadap penguasa. (Sinar Harapan)