Monday 8 August 2011

Monday, August 08, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Wakil Gubernur NTT : Gereja Sebagai Simpul Persekutuan Iman Umat.
KUPANG (NTT) - Wakil Gubernur NTT, Ir. Esthon L. Foenay, M.Si mengatakan, pembangunan gedung gereja memiliki makna apabila selalu berada dalam simpul persekutuan dan pelayanan untuk meningkatkan iman umat.

“Gereja ini akan bermakna apabila berada dalam simpul persekutuan dan pelayanan dalam meningkatkan iman bagi jemaat. Dalam pelayanan iman, kasih dan pengharapan; kita semua bersatu hati satu suara, bekerja sama, bekerja keras membangun harmonisasi kerukunan umat,” tandas Wagub dalam sambutannya usai Kebaktian dan Peletakan Batu Pertama Gereja Betesda Buraen, Jumat (05/08/2011).

Menurut Wagub, setiap pembangunan gereja harus disesuaikan dengan kemauan dan kemampuan jemaat. “Bangunlah secara bertahap. Tuhan pasti buka jalan bagi anak-anak Tuhan untuk pembangunan gereja ini. Saya berharap agar kita jaga hubungan kerja kita masing-masing,” pinta Wagub.

Gereja Betesda Buraen, lanjut Wagub, merupakan simbol dan simpul dari pilar-pilar rohani yang telah diletakan secara fundamental dari tahun 1928. “Saya kira kita semua tahu sejarah atoin meto. Tahun 1928 banyak dari keluarga atoin meto yang belum bergereja, masih banyak yang hidup dengan nitu alaut makmolo,” ucap Wagub, yang disambut gelak tawa dan tepuk tangan umat.

Tetapi kata Wagub, inilah dinamika dari perkembangan iman umat. Sehingga dalam perkembangan jemaat Kristiani, umat Kristiani sekarang jumlah yang terbesar di Indonesia. “Dibandingkan dengan jumlah penduduk NTT yang 4,6 juta; prosentase tertinggi ada di Provinsi NTT yakni 87,50 % mayoritas beragama Kristiani dan ini merupakan pilar dan mercusuarnya umat Kristiani yang ada di 33 Provinsi, 554 kabupaten, 12 ribu lebih kecamatan dan 21 ribu lebih desa/kelurahan yang ada di Indonesia. Ini tentu jadi satu kebanggaan tetapi sekaligus menjadi tantangan yang cukup berat,” jelas Wagub.

Dijelaskan, hampir seluruh gereja yang ada di lingkungan GMIT yang berjumlah kurang lebih 2016 buah, pendapatan jemaatnya masih relatif rendah. “Meski pendapatannya masih rendah tetapi untuk membangun rumah Tuhan, dengan talenta masing-masing mereka dahulukan pembangunan rumah Tuhan dari pada rumahnya sendiri. Ini suatu kemuliaan bagi nama Tuhan,” sebut Wagub, yang juga dikukuhkan menjadi Ketua Umum Pembangunan Gereja Betesda Buraen.

“Saya berharap gereja Betesda ini juga menjadi simbol dan saksi hidup tentang keagungan dan kemuliaan nama Tuhan. Kerja baik-baik sesuai dengan desain yang ada sehingga gereja ini merupakan warisan dari sejarah masa lampau dan bisa menjadi industri pariwisata baru di bidang pariwisata religius bagi kita di NTT. Oleh karena itu, saya juga harap paduan suara yang ada di sini coba nyanyi dengan kultur atoin meto supaya melekat dengan iman dan kepercayaan jemaat,” harap Wagub.

Wagub menceritakan, terinspirasi dari kotbah Pendeta Dan Nenotek dari Kitab I Raja-raja pasal 18-19 yang intinya Allah menyatakan diri Nya di Gunung Horeb. “Pada 5 Agustus 2004 silam, saya ada di Gunung Horeb. Jadi peristiwa rohani hari ini bukan kebetulan. Di sana masih terpelihara dengan baik puing-puing reruntuhan bangunan dan di bangun sebuah mesbah. Gunung Horeb menjadi obyek pariwisata religius yang sungguh mendunia. Begitu banyak pesiarah yang datang ke gunung Horeb untuk memuliakan nama Tuhan. Saya harap Gereja Betesda Buraen pun suatu waktu harus menjadi tempat wisata religius yang mendunia,” tandas Wagub.

Turut hadir dalam kebaktian dan peletakan batu pertama Gereja Betesda Buraen Bupati Kupang, Drs. Ayub Titu Eki, MS. Ph.D, sejumlah pimpinan SKPD lingkup Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten Kupang dan ribuan jemaat yang ada di Kecamatan Amarasi Selatan dan sekitarnya.(NTT Online)