Wednesday 7 September 2011

Wednesday, September 07, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gempa 6,7 SR di Singkil, Aceh Rusakkan Ratusan Rumah dan Puluhan Gereja di Aceh dan Sumut. BANDA ACEH (NAD)- Gempa bumi berkekuatan 6,7 skala richter (SR) yang mengguncang wilayah pantai barat selatan Provinsi Aceh, Selasa dini hari, mengakibatkan ratusan rumah di Aceh dan Sumut ambruk atau rusak.

Sebagian rumah bahkan terbakar karena getaran gempa menimbulkan arus pendek listrik. Tiga warga dilaporkan tewas, masing-masing dua warga Aceh dan seorang warga Sumut.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi di kawasan Singkil Baru, Provinsi Aceh, pukul 00.55.12 WIB, Selasa. mencapai tiga orang. Adapun korban luka ringan mencapai empat orang.

Wilayah Aceh yang paling parah menderita getaran gempa adalah Kota Subulussalam. Kota itu merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Aceh Singkil dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumut. Ratusan bangunan rumah, tempat ibadah, kantor pemerintah, dan tempat pendidikan rusak. Sedangkan di Sumut, kerusakan terbesar terjadi di Kabupaten Dairi.

"Korban jiwa di Subulussalam sebanyak 2 orang,yakni Eddy Unjung berusia sebelas tahun dan Darmo 60 tahun. Adapun satu korban lagi jatuh di Kabupaten Dairi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Selasa (06/09/2011).

Menurut Sutopo, korban luka terbanyak jatuh di Subulussalam, yakni tiga orang. Korban luka ringan lainnya ditemukan di Dairi.

Adapun kerugian material di Subulussalam tercatat satu pesantren rusak, satu mesjid rusak, satu kantor kecamatan rusak, satu sekolah juga rusak, tiga puskesmas rusak, 20 rumah rusak, dan dua puskesdes juga rusak. Selain itu, satu ruas jalan negara retak-retak.

Khairudin (30), warga Kota Subulussalam, mengatakan, ratusan rumah di sejumlah desa di Kota Subulussalam juga mengalami kerusakan. Sementara itu, korban tewas di Subulussalam bernama Eddy Unjung (11) alias Cut Agam dan Darmo (60). Dedi tewas akibat tertimpa tiang beton bangunan Akademi Kebidanan (Akbid).

Korban tewas satu lagi adalah warga Sumut bernama Theresia Tionom Boru Silaban (26), warga Desa Kaban Julu, Kecamatan Lae Parira, Kabupaten Dairi. Dia tewas tertimpa batu batako bangunan rumah.

Namun, data korban tewas maupun bangunan rusak ini diperkirakan lebih parah dibanding laporan sementara. "Gempa juga mengakibatkan ruas jalan negara di Kecamatan Sultan Daulat retak dan berpotensi putus," kata Wali Kota Subulussalam Merah Sakti.

Dia menyebutkan, gempa juga mengakibatkan tiga penduduk mengalami luka ringan. "Gempa terasa kuat, sementara sebagian besar warga saat itu sedang terlelap tidur. Mereka langsung berhamburan keluar rumah ketika merasakan guncangan gempa," kata Merah.

Selain rumah warga, gempa juga merusak berbagai fasilitas umum, seperti gedung sekolah, pondok pesantren, puskesmas/posyandu, jembatan, tempat usaha milik masyarakat, serta beberapa kantor pemerintah. "Berbagai fasilitas umum dan kantor pemerintah yang rusak itu tersebar di lima kecamatan di Kota Subulussalam," katanya.

Gempa juga mengakibatkan delapan unit gedung sekolah (TK, SD, SMP, dan SMA) mengalami rusak berat dan sembilan unit lagi rusak ringan.

Di wilayah Sumut, sedikitnya 240 rumah rusak dan rusak berat. "Data sementara, rumah warga yang tergolong rusak berat 40 unit, rusak sedang 60 unit, dan yang masuk kategori rusak ringan sebanyak 140 unit," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Ahmad Hidayat.

Kerusakan material terbanyak terjadi di Kabupaten Phakpak Barat, yakni 40 rumah rusak berat, 60 rumah rusak sedang, dan 140 rumah rusak ringan. Sembilan masjid juga rusak ringan dan 10 gereja rusak termasuk Masjid Raya dan gedung Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Kota Salak, Pakpak Bharat.

Kerusakan material juga masih terjadi di Dairi dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Di Humbang Hasundutan, 252 los toko dan 69 unit kios kebakaran, karena hubungan arus pendek.

Korban tewas di Sumut, yang bernama Theresia Tionom Boru Silaban (26), adalah warga Desa Kaban Julu, Kecamatan Lae Parira, Kabupaten Dairi. Dia tewas tertimpa batu yang jatuh akibat getaran gempa.

Anggota Komisi Pemilihan Umum Dairi asal Padang yang dihubungi Antara, Selasa, mengatakan, Theresia tertimpa batako ketika berupaya menyelamatkan diri saat gempa itu terjadi. Ketika baru membuka pintu dan akan ke luar rumah, batako yang menjadi bagian bangunan rumahnya tersebut roboh serta menimpa hampir seluruh bagian tubuh istri Bengar Nababan itu.

Meski begitu, anak Theresia yang masih berusia tiga minggu berhasil selamat. Padahal, anak itu ketika kejadian berada dalam gendongan ibunya.

Menurut laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa bumi 6,7 SR ini berpusat di 2,81 lintang utara dan 97,85 bujur timur atau 59 km timur laut Singkil, Aceh. Berdasarkan data BMKG Wilayah I Medan, gempa terjadi di kedalaman 78 km.

Gempa yang mengguncang wilayah Pantai Barat Selatan Aceh itu juga dirasakan di beberapa wilayah Malaysia, seperti Selangor, Kuala Lumpur, Perak, Kedah dan Penang. Menurut Departemen Meteorologi Malaysia, pusat gempa berada di 127 km baratdaya Binjai, Sumut, atau 363 km baratdaya Pulau Pangkor, Perak.

Kementerian Sosial menyiapkan cadangan bantuan untuk penanganan tanggap darurat. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufrie di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, mengatakan, pihaknya mempunyai cadangan pengaman (buffer stock) di Aceh berupa bahan pangan dan peralatan darurat untuk masa dua pekan bila terjadi bencana alam.

Dia menjelaskan, persediaan yang disiapkan itu berupa tenda, bahan pangan, dan juga sarana-sarana evakuasi. Besaran anggaran untuk cadangan tersebut senilai Rp 1 miliar. "Kalau Rp 1 miliar yang pasti cukup untuk dua minggu, seperti beras dan kemudian makanan-makanan, dan itu siap semua," tuturnya. (Antara/Kompas)