Wednesday, 14 September 2011

Wednesday, September 14, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Warga Kristen Korban Kericuhan 11 September Masih Berada di Pengungsian.
AMBON (MALUKU) - Para pengungsi dari komunitas Kristen masih bertahan di tempat pengungsian setelah bentrokan di Ambon, pada Minggu, 11 September 2011, hari dimana umat Kristen seharusnya dapat beribadah dengan tenang.

Para mengungsi ini adalah mereka yang bermukim di perbatasan Kristen - Islam, seperti Mardika, Waringin, Airmata Cina, dan Talake, masih bertahan hingga Rabu, 14 September 2011.

Warga Kristen dari Mardika memilih Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang ada di Belakang Soya, Sirimau, Ambon. Dan pengungsi dari Waringin, Talake, memilih Gereja GPM Rehobot di kawasan Batu Gantung sebagai tempat pengungsian.

Mereka yang mengungsi karena rumahnya dirusak dan dibakar itu mengeluhkan minimnya bantuan. Bantuan yang ada saat ini berupa beras, mi instan, ikan kaleng dan minyak goreng, untuk selanjutnya dimasak para pengungsi.

Pascabentrok antarwarga di Kota Ambon, Pemerintah Provinsi Maluku, membentuk posko untuk menampung dan mengatasi berbagai persoalan yang dikeluhkan masyarakat.

Menurut Wakil Gubernur Maluku Said Assagaf, pihaknya telah memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum Maluku untuk mendata semua rumah yang rusak dan terbakar terkait konflik tersebut. “Sudah diperintahkan agar semua rumah yang dirusak dan dibakar agar segera dibangun,” ujar Said Assagaf.

Pihaknya juga sudah memerintahkan instansi terkait seperti Pertamina dan Dinas Perindustrian agar menanggulangi langkanya minyak tanah serta bantuan beras ke pengungsi. “Kami sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina dan Bulog,” tutur Kepala Dinas Perindustrian Maluku Angky Papilaja kepada wartawan.

Sedangkan pengungsi Islam dari perbatasan Waringin, Talake, dan Airmata Cina memilih tinggal di Masjid Jami’ dan Masjid Alfatah, di kawasan Jalan Sultan Baabullah.

Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Maluku Rosmiati Arsyad kepada wartawan memberitahukan jumlah pengungsi dari kedua komunitas sebanyak 3.016 orang. “Hampir semua pengungsi berasal dari daerah perbatasan,” tandasnya.

Aktifitas Mulai Normal
Kendati pengungsian berlangsung, situasi kota Ambon saat ini sudah mulai kondusif. Masyarakat mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Kegiatan perkantoran baik di Kantor Gubernur Maluku maupun Pemerintah Kota Ambon mulai berjalan meski belum sepenuhnya berjalan normal.

Sementara untuk kegiatan pendidikan mulai berjalan. Anak-anak sekolah mulai masuk sekolah, meskipun belum berjalan lancar.

Sejumlah ruas jalan seperti Jalan Said Parintah, Jalan Diponegoro, Jalan Yan Pays, Jalan Pattimura, jalur Batu Meja dan sejumlah ruas lainnya sudah ramai dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua. Bahkan sebagian tukang becak dan tukang ojek lalu lalang mengangkut penumpang.

Tak hanya itu, di Jalan dr Latumetten yang semula ditutup, sudah kembali dibuka. Banyak mobil angkutan dan kendaraan pribadi melintasi jalur tersebut. Sayangnnya, jalur kendaraan dari kecamatan Nusanive yang hendak menuju kota tidak melintasi jalur Waihaong. Mereka semua melintasi ruas jalan dr Lattumeten menuju Gereja Silo, kemudian naik ke Urimessing. Kendaraan yang melintasi jalur tersebut juga tidak telihat ramai.

Sejumlah pertokoan, rumah makan, warung kopi, apotik dan pertokoan lainnya telah melakukan aktivitas. Warga juga banyak yang melakukan perbelanjaan pada pasar Batu Meja, yang sengaja diaktifkan kembali.(Tempo/Pontianak Post)