Thursday 13 October 2011

Thursday, October 13, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Keuskupan Agung Kupang Prihatinkan Hasil Survey Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTT. KUPANG (NTT) - Gereja Katolik di Keuskupan Agung Kupang, NTT, mengungkapkan keprihatinan setelah mencermati sebuah survei dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTT yang dirilis pada 10 Oktober bahwa 67 persen anak di kota itu telah mengakses situs porno, yang kebanyakan via telepon seluler.

Survei itu, yang dimulai pada April, melibatkan 300 responden berusia di bawah 13 tahun.

“Anak-anak dan remaja adalah masa depan bangsa serta Gereja, sehingga tumbuh dan kembangnya perlu dibina dengan baik, terutama menghindari hal-hal negatif yang dapat merusak mental atau jati diri mereka,” kata Suster Maria Agnes Wathun RVM, ketua Komisi Karya Kepausan Indonesia keuskupan agung Kupang.

Biarawati itu mengatakan bahwa di jaman sekarang ini orangtua dan guru sering menghadapi kesulitan mengawasi anak-anak dan para siswa mereka. “Orangtua bahkan guru di sekolah kesulitan mengawasi anak-anak, terutama berkaitan dengan aktivitas mereka di luar sekolah maupun di luar rumah. Anak-anak dan remaja dengan mudah mengunjungi warnet dan mengakses film porno lewat hand phone,” katanya.

Ia mengatakan Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner (SEKAMI) adalah sebuah sarana pembinaan yang baik bagi anak dan remaja, namun serikat ini tidak bisa mengawasi kegiatan mereka di luar sekolah.

“Kami tahu, masalah tersebut tidak bisa dibiarkan. Ibarat bom waktu, masalah itu mengancam jarti diri dan karakter bangsa,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Terus terang, kami sedang mencari terobosan baru untuk pola pembinaan SEKAMI yang lebih mendorong kreativitas anak-anak dan remaja.”

Johanes Seo dari Paroki Maria Assumpta di Kotabaru menyarankan bahwa meminta pengelola internet cafe agar melakukan seleksi terhadap para pengunjung. Jika yang berkunjung adalah anak-anak, perlu didampingi orangtua.

Seo menambahkan bahwa sekolah-sekolah di kota itu “lebih serius melakukan kontrol terhadap siswanya di sekolah terutama yang membawa hand phone ke sekolah.”

Ia juga mengusulkan pembinaan dini terhadap anak-anak dan remaja seperti melalui wadah SEKAMI yang ada di setiap KUB dan paroki, perlu senantiasa dihidupkan, karena melalui wadah berkumpul seperti ini, anak-anak dan remaja bisa terhindar dari pengaruh buruk pertumbuhan teknologi. (Ucanews/Cathnews Indonesia)