Thursday 27 October 2011

Thursday, October 27, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Perayaan Pembukaan Sidang Sinode ke XVI dan HUT ke 55 Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua.
Suasana Sidang Perayaan Sidang Sinode (tabloidjubi.com)
SENTANI (PAPUA) – Ribuan warga Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua di sekitar Kota Sentani berduyun-duyun menghadiri perayaan pembukaan Sidang Sinode ke XVI yang bersamaan dengan HUT ke 55 GKI di Tanah Papua, pada Rabu (26/10/2011).

Mengangkat tema ‘Dipersatukan dalan ikatan kasih’, perayaan yang dipusatkan di lapangan sepak bola Barnabas Youwe, Sentani berlangsung meriah dan diwarnai puji-pujian dari kelompok suling tambur dari masyarakat Sentani, Humania Band Tunanetra serta paduan suara gabungan dari Persekutuan Anak dan Remaja (PAR), Persekutuan Wanita (PW) dan Persekutuan Kaum Bapak (PKB) yang berada di tribun utara.

Selain warga jemaat, hamba Tuhan dan peserta sidang sinode dari 1159 jemaat, hadir pula ratusan anggota jemaat dari Gereja Lutheran Injili di Papua Nugini serta beberapa tamu baik dari pimpinan gereja-gereja hingga pejabat pemerintahan, diantaranya Presiden Dewan Gereja Sedunia / World Council of Churches (WCC) Pdt Drs Soritua Nababan, Presiden Gereja-gereja Kristen se-Asia / Christian Churches of Asia (CCA) Pdt Retno Ngapon, Pimpinan Gereja Lutheran Injili di Papua Nugini / Evangelical Lutheran Church in Papua New Guinea (ELC-PNG) Bishop Giegere Wenge, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt Gomar Gultom, Perwakilan United Evangelical Mission (UEM) Pdt Reiner , Perwakilan Gereja Protestan di Belanda / Protestantse Kerk in Nederland (PKN), Ketua Sinode Gereja Bethel (Gereja Pantakosta) Pdt Semuel Waromi dan beberapa sesepuh sinode GKI di Tanah Papua.

Sedangkan dari pemerintah, hadir PJS Gubenur Papua H. Syamsul Arief Rivai, Perwakilan Gubernur Papua Barat, Perwakilan Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua, Perwakilan DPRD Papua, Perwakilan Kodam Cenderawasih, Perwakilan Polda Papua, mantan Gubernur Papua Barnabas Suebu dan beberapa Bupati dari Provinsi Papua Barat dan Papua.

Perayaan diawali pada pukul 09.00 WIT ditandai dengan ucapan selamat datang oleh ketua Panitia Sidang Sinode XVI, Habel Melkias Suwae.

“Sidang Sinode kali ini akan hasilkan gerakan transformasi pelayanan yang wujudkan Papua baru, yang merupakan cerminan hati dari umat Tuhan di Papua.” ujar Habel Suwae yang juga menjabat sebagai Bupati Jayapura.

Perayaan kian meriah ketika para hamba Tuhan dan peserta sidang sinode dari 45 klasis mengadakan parade dengan melambaikan tangan sambil berjalan disepanjang lintasan lapangan diiringi alunan suling dari kelompok suling tambur memenuhi lapangan.

PJS Gubernur Papua, Syamsul A Rivai saat memberi sambutan pembuka menyatakan kegembiraan pemerintah provinsi Papua dalam menyambut Sidang Sinode dan HUT GKI di Tanah Papua, sebab GKI memiliki peran positif yang besar di Papua.

“Sebagai gereja terbesar di tanah Papua, GKI sudah berperan besar melalui pembangunan, kesehatan, ekonomi masyarakat, pendidikan, hukum dan persamaan hak dan derajat wanita di Papua.” ujarnya yang juga menegaskan juga peran besar GKI Tanah Papua dalam menciptakan keadilan, kedamaian dan kesejahteraan ditengah-tengah kemajemukkan masyarakat di provinsi Papua. Sembari berpesan agar semua masyarakat bersama-sama berdoa untuk keamanan dan kesejahtaraan bagi rakyat papua, artinya mari wujudkan sorga kecil di Papua seperti lagu Aku Papua.

Senada dengan PJS Gubernur Papua, Assisten II Sekda Provinsi Papua Barat, Mewakili PJS Gubernur Papua Barat menyatakan peran besar GKI Tanah Papua dalam menciptakan warga Papua yang lebih solider dalam membangun tanah Papua, khususnya Papua Barat ke arah yang lebih baik.

Ia juga mengemukakan beberapa hal yang diharapkan oleh Pemprov Pabar agar dapat di bahas dalam sidang kali ini terutama terkait pengelolaan Pulau Mansinam sebagai cagar budaya dan milik dari umat Kristen di Papua, serta penegasan netralitas gereja dalam pemilihan kepala daerah di dua Provinsi di Tanah Papua.

Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt Yemima Mirino mengingatkan umat agar tetap percaya pada Tuhan walaupun berada dalam duka dan ketidakadilan ditengah perbedaan dan perpecahan. Sebab menurutnya umat GKI harus mampu mengelola perbedaan di tengah ancaman perpecahan. “Konflik antar kelompok masyarakat dan pelanggaran hak asasi yang jadi skisma dalam masyarakat”.

Selanjutnya ia juga menuturkan betapa majemuknya warga jemaat GKI di Tanah Papua, namun kompleksitas itu bukan menjadi pemecah tetapi pemersatu dalam persekutuan, sebab Yesus Kristus lah kunci dari perwujudan kasih Allah kepada manusia.

Pdt Mirino juga membeberkan lima hal yang akan diangkat selama sidang sinode yang akan berlangsung dari tanggal 26 Oktober hingga 4 November 2011, antara lain: Fokus pertumbuhan jemaat sebagai basis dari GKI, sebab GKI dapat bertumbuh jika jemaat berkembang. Kedua adalah upaya memperjelas dan mempertegas pola pelayanan GKI secara menyeluruh yakni Presbiterian Sinodal. Ketiga, pengelolaan SDM dan SDA di GKI Tanah Papua yang diakui masih kurang sehingga diperlukan penambahan dan peningkatan kapasitas pendidikan dan pelatihan. Keempat, refunsionalisasi struktur GKI Tanah Papua. Kelima, restrukturisasi pelayanan dalam unit pelayanan jemaat.

Usai sambutan Ketua sinode, perayaan dilanjutkan dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt Domine Willem Maloali, sesepuh GKI di Tanah Papua yang diawali dengan pentas tari berjudul ‘Pelangi Injil di Tanah Bhuyaka’. Secara simbolis menggambarkan situasi terkini di Tanah Papua yang tengah dirudung berbagai masalah mulai dari ancaman HIV/AIDS, narkoba, miras, seks bebas dan kebodohan serta ancaman keamanan dan kedamaian melalui terorisme dan provokasi budaya, politik dan agama. Pentas tari diakhiri dengan tari-tarian dari berbagai suku diluar Papua seperti Tanimbar, Kawanua, Sangihe-Talaud, Jawa, Ambon-Saparua dan Batak.

Pada khotbah yang terambil dari Yohanes 17:1-26, pendeta Maloali ini secara ringkas menyampaikan kesannya terhadap perkembangan GKI di Tanah Papua dan mengajak warga GKI agar menjadikan diri sebagai milik Kristus, walau dunia membenci. Khotbah pun diakhiri dengan nyanyian dari Pdt Rainer Scheunemann berjudul ‘Ketika Yesus Bertanya’.

Ibadah dilanjutkan dengan pentahbisan pembukaan Sidang Sinode ke XVI GKI di Tanah Papua ditandai dengan prosesi adat oleh ondoafi tanah Tabi sebagai simbol keikutsertaan warga adat dalam pelaksanaan sidang dan dilanjutkan dengan pembunyian sirene diwarnai pujian dari paduan suara gabungan jemaat GKI.

Pada akhir ibadah, Presiden Gereja Sedunia (WCC), Pdt Nababan berkesempatan memberikan beberapa pesan suara kenabian serta salam dan ucapan selamat HUT GKI Papua dari Dewan Gereja Sedunia.

Diakui olehnya, setelah konvokasi Perdamaian di Jamaika, peran gereja dalam mengatasi kekerasan di keluarga, lingkungan dan masyarakat sangat besar ini termasuk peran GKI Papua dalam advokasi kepada masyarakat Indonesia khususnya di Papua. Namun diingatkan agar gereja selalu menggunakan Alkitab, sebab Alkitab adalah keseimbangan dan kelimpahan bagi semua orang.

Ia juga mengharapkan agar persatuan dari persekutuan GKI Tanah Papua dalam ikatan kasih dapat mengatasi kekerasan yang kini terjadi di Papua. “Kekerasan [di Papua] diakhiri bukan dengan kekerasan, tetapi harus dengan kasih yang bermartabat” tandasnya. (Tim PPGI)