Wednesday 9 November 2011

Wednesday, November 09, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Barat, Muspika Tebas dan Paroki Pemangkat Bertemu Mengantisipasi Isu Provokasi. SAMBAS (KALBAR) - Sejumlah tokoh Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar bersama unsur Muspika Tebas dan Paroki Pemangkat menggelar pertemuan di Gereja St Paulus, Selasa (08/11/2011) malam.

Patung Paroki St Paulus, Tebas dilempar orang tidak 
bertanggung jawab, Minggu (6/11) [tribunnews.com].
"Pertemuan silahturahmi ini untuk mengantisipasi isu yang berkembang terkait pengrusakan patung Santo Paulus pada Minggu dini hari sekitar pukul 02.00," ujar Bartolomeus, Ketua DAD Sambas sekaligus pengurus Paroki Sambas kepada Tribun.

Bartolomeus menceritakan, ketika itu ada orang yang tidak bertanggung jawab mengetuk pintu asrama suster, kemudian lari. "Ada enam orang yang tidak dikenal, mereka menggunakan tiga motor," bebernya.

Pada Minggu pagi, suster melihat patung Santo Paulus rusak. "Diduga dilempar menggunakan batu. Rusaknya pada bagian bawah patung sebelah kiri, ada lubang kecil. Tapi, sudah kita perbaiki dan bersihkan," katanya.

Bartolomeus mengatakan, Gubernur Cornelis yang juga Ketua Umum DAD Kalbar meminta DAD turun ke lapangan, karena isu yang berkembang melebar ke mana-mana.

"Kami langsung berkoordinasi dengan pihak keamanan. Kami koordinasikan dengan Kapolres dan dilakukan pertemuan pada Senin lalu di sini. Kemudian Selasa malam kami berada di sini untuk meredam isu yang tidak baik," ujarnya.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Umum DAD Kalbar Ibrahim Banson, Ketua DAD Bidang Kelembagaan dan Politik Hendri Lisar, Kapolsek Tebas, Kodim Singkawang, dan pastor paroki.

Ibrahim Banson mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda atas perintah Ketua Umum DAD dalam rangka mengantisipasi meluasnya isu yang berkembang.

Ibrahim mengatakan, dengan kejadian seperti itu, masyarakat harus waspada dan jangan terpancing. "Kerukunan dan toleransi antarumat beragama perlu dijunjung tinggi," ujarnya.

Dia mengatakan, masalahnya sebenarnya sepele, tapi sensistif. "Kami tentu memberikan informasi yang menyejukkan dan positif. Ke depan kita akan selalu berkoordinasi," katanya.

Sedangkan Suster Gereja St Paulus, Terenesia, mengaku tidak trauma atas kejadian yang menimpa gereja. "Bagi kami, ini biasa dan kami tidak trauma. Mungkin ini pihak yang tidak bertanggungjawab untuk membuat kami tidak tenteram," ujarnya. (Tribun Pontianak)