Friday, 18 November 2011

Friday, November 18, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Kelompok Pemabuk Ancam Kerukunan Beragama di Singkawang.
SINGKAWANG (KALBAR) – Usaha-usaha untuk mengadu domba umat beragama di Indonesia, salah satunya dengan memberi isu-isu yang menimbulkan sentimen kembali terjadi. Hanya gara-gara dua orang pemabuk yang cekcok dengan satuan pengamanan (satpam) yang nyaris menimbulkan bentrok massa. Beruntung aparat Polres Singkawang bertindak cepat sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Ada dua orang yang diusir satpam sini karena sudah mau tutup pagar. Mereka tidak mau. Ternyata mulut kedua orang itu bau minuman keras,” terang AKBP Prianto SIk, Kapolres Singkawang, ditemui di depan Gedung Gereja Paroki Santo Fransiskus Asisi, Jalan Diponegoro Singkawang, Rabu (16/11/2011) pukul 22.00.

Peristiwa bermula ketika di kawasan Jalan Diponegoro Singkawang yang memang selalu ramai didatangi warga itu banyak warga, terutama kalangan remaja yang nongkrong.

Tiba-tiba saja di antara keramaian itu datang dua pemabuk yang hendak masuk ke halaman Gereja Katolik St Fransiskus Asisi. Ulah pemabuk itu pun tidak dibiarkan satpam. Apalagi pagar tempat ibadah itu memang sudah hendak ditutup.

Kedua pemabuk itu tidak terima mendapat pengusiran dari satpam.

Kemudian terjadi percekcokan di antara mereka. Kedua pemabuk itu pun pergi meninggalkan satpam yang langsung menutup pagar Gereja St Fransiskus Asisi. Ternyata, dalam waktu tidak terlalu lama, kedua pemabuk itu datang lagi bersama teman-temannya. Sebelum sempat terjadi kontak fisik, aparat kepolisian sudah tiba di lokasi tempat ibadah itu untuk mengamankannya.

Melihat polisi datang, kedua pemabuk yang belum diketahui identitasnya bersama teman-temannya itu melarikan diri. Aparat kepolisian pun membawa satpam ke polres untuk dimintai keterangan. “Satpam itu bilang tidak tahu nama kedua pemabuk itu. Tetapi kalau melihat wajahnya lagi, bisa dikenali,” terang Prianto.

Kendati permasalahan itu telah dapat ditangani Polres Singkawang, namun di masyarakat isu macam-macam di antaranya isu pelemparan dan perusakan terhadap patung Gereja St Fransiskus Asisi. Tak ayal warga pun berdatangan di Jalan Diponegoro itu. “Isunya di sini ada perusakan, makanya sebagian warga Gunung Poteng katanya mau turun ke sini,” kata Prianto.

Padahal, isu pelemparan dan perusakan itu hanya disebarkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya di tempat kejadian. “Tidak ada pelemparan, tidak ada aksi apa-apa,” tegas Prianto.

Kendati tidak terjadi apa, Prianto mengatakan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, karena dikhawatirkan isunya semakin berkembang, empat aparat kepolisian pun ditempatkan di Gereja St Fransiskus Asisi itu.

“Antisipasi dari polres, kita tempatkan empat orang personel di sini (di gereja, red) sampai pagi untuk jaga, dua dari polres dan dua dari polsek. Selain itu, juga dilakukan patrol rutin yang hanya menyisakan sekitar setengah jam waktu kosong. Itu upaya kita untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan,” papar Prianto yang turun langsung ke tempat kejadian itu.

Terkait isu menyesatkan yang menyebar sedemikian cepatnya itu, Prianto mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi. “Kalau memang mendengar isu-isu yang bagaimana, silakan kalau mau datang. Tetapi lihat dulu kenyataannya seperti apa. Silakan dilihat, kita tidak melarang,” ujarnya.

Tetapi, kalau sudah melihat kenyataannya dan didapati tidak terjadi perusakan terhadap gereja, tambah Prianto, jangan diperpanjang lagi, berarti itu hanya isu. “Sampaikan fakta ini (bawah memang tidak ada perusakan gereja, red) kepada teman-temannya,” sarannya.

Prianto mengajak semua masyarakat untuk bersama-sama menjaga agar Singkawang tetap kondusif, tidak emosi, dan menjaga agar isu yang menyesatkan itu tidak berkembang lagi. “Alhamdulillah masyarakat di Singkawang ini kompak dan mereka pun pulang dengan tertib,” ujarnya.

Kendati demikian, karena yang namanya isu itu berbahaya, aparat kepolisian tetap waspada. Pihak gereja pun diminta untuk segera menyampaikan secepatnya informasi ke Kapolres Singkawang Prianto bila mengetahui perkembangan terkait permasalahan tersebut. “Saya sampaikan ke pihak gereja, perkembangan apa pun, secepatnya telepon saya,” kata Prianto.

Dia menyampaikan hal tersebut, agar informasi yang diterima tidak terlambat. Karena kalau informasinya yang diterimanya selaku pemegang kebijakan terlambat, otomatis tindakan antisipasinya juga akan terlambat. “Jangan sampai saya dapat informasi terlambat,” pinta Prianto.

Keterangan Kapolres Prianto itu diperjelas lagi Kabag Ops Ferdy yang memang berada di tempat kejadian. Ketika massa sedang ramai-ramainya di depan Gereja St Fransiskus Asisi Singkawang itu. “Sepertinya terjadi kesalahpahaman, tidak ada kontak dan lain sebagainya,” kata Ferdy.

Kalaupun warga yang kebetulan melihat aparat kepolisian begitu ramai di Jalan Diponegoro Singkawang, hendaknya memahami kalau tindakan tersebut hanya sebagai salah satu tindakan antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.

“Apalagi adanya isu-isu yang menyebar di kalangan masyarakat itu. Personel yang datang itu memang yang rutin patroli dan razia,” terang Ferdy.

Dia mengharapkan lembaga masyarakat, baik itu lembaga agama atau lembaga adat budaya hendaknya memberikan informasi kepada komunitasnya untuk tidak terprovokasi dengan isu yang tidak bertanggung jawab itu. (Harian Equator)