Thursday 22 December 2011

Thursday, December 22, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Februari 2012, Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Muslim-Kristen untuk Keadilan Asia.
JAKARTA - Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Muslim-Kristen untuk Keadilan Asia (Muslim-Christian Conference for Justice of Asia), Februari 2012. Ini adalah salah satu buah pertemuan sejumlah tokoh lintas agama dari berbagai organisasi keagamaan di Sekretariat ICIS Jakarta, Senin (19/12/2011).

Mereka berasal dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Kristen Asia (CCA), Federasi Konferensi Bhisop Asia (FABC), Nadhatur Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

"Forum ini diharapkan dapat meningkatkan relasi personal para tokoh Muslim dan Kristen," kata Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) Kiai Haji Hasyim Muzadi.

ICIS dipercaya menjadi penyelenggara forum yang rencananya dihadiri 130 pemimpin agama Islam dan Kristen dari 20 negara Asia. Menurut Hasyim, kegiatan ini adalah bentuk respon terhadap surat cendekiawan Muslim dari 138 negara kepada Paus Benediktus pada 2007.

Sejumlah pemimpin Katolik Asia yang dimotori oleh Ketua Federasi Konferensi Bhisop Asia (FABC) Arbhishop Fernando Capalla dan Fr Ray O' Toole lalu berinisiatif untuk menyelenggarakan forum internasional tersebut.

ICIS sebagai organisasi yang telah memiliki jaringan ulama di seluruh dunia diminta menjadi salah satu penyelenggara. "ICIS merespon positif usulan Ketua Bhisop Asia Pasifik terkait penyelenggaraan Muslim-Christian Conference for Justice of Asia tersebut," kata Hasyim.

Dikatakannya, ICIS adalah rumah bersama bagi lintas agama untuk mendialogkan berbagai isu penting terkait dengan masalah-masalah perdamaian dunia.

Sementara itu, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan pentingnya mengangkat topik-topik yang menjadi persoalan keumatan di Asia.

Nasaruddin berharap forum Konferensi Muslim-Kristen Asia itu menjadi ajang dialog agama dan penyampaian wacana yang dapat dikembangkan menjadi sebuah aksi bersama para tokoh agama dalam menjawab problem keadilan dan persoalan perdagangan manusia yang menjadi masalah bersama di Asia saat ini. (Antara)